Jangan tanyakan kepada mereka apa itu manajemen waktu? kemungkinan besar orang tua mereka tidak memperlihatkan cara menggunakan waktu dengan tepat.
Kebiasaan bangun tidur telat yang selalu ditolerir, waktu bermain tanpa batas, dan menghabiskan waktu tanpa rencana. Inilah awal mula mereka mencontoh dan kemudian menganggap sebagai sebagai standar hidup yang benar.
Adakah para remaja memahami value dalam hidup?
Jika mereka diajarkan hidup dengan nilai (value), tentu mereka tidak terjebak dalam lingkungan toxic. Duduk berjam-jam bersama teman, menghabiskan waktu bermain gim online, lalu pulang ke rumah untuk sekedar makan dan istirahat?
Kemana orang tua mereka?Â
Saya sulit memahami bagaimana orang tua layak mentolerir anak-anak yang menyia-nyiakan waktu. Padahal, orang tua adalah gerbang pertama anak belajar manajemen waktu yang baik.
Tentu dengan perilaku dan contoh tauladan dari seorang ayah dan ibu. Atau mungkin fungsi rumah sebatas tempat berteduh dan istirahat semata. Alangkah menyedihkan jika konsepnya seperti ini.
Anak-anak dan remaja sepantasnya hidup tanpa smartphone. Mereka harus diajarkan konsep hidup yang benar, bukan membiasakan segala sesuatu secara instan.
Kalau sejak dua tahun sudah terbiasa dengan smartphone, bagaimana kualitas waktu mereka di kemudian hari?
Di ruang kelas, saya melihat betapa melekatnya remaja dengan smartphone mereka. Bahkan, mereka datang ke dalam kelas sama sekali tidak mencatat pelajaran dan memilih untuk memotret catatan guru di papan tulis.Â
Konsentrasi dan fokus para remaja sekarang semakin memburuk. Media sosial dan gim online telah 'menodai' otak mereka. Kemampuan bernalar menurun, interaksi sosial berkurang, dan yang lebih buruk lagi, rasa percaya diri berkurang.
Kesalahan utama ada pada orang tua. Jika orang tua paham, mereka tidak akan menukar perkembangan otak anak dengan smartphone. Alasan sayang dan kasihan hanya pembenaran yang membodohkan.Â