"Whatever we fix our attention upon, or whatever it is that we idealize, our sub-conscious mind endeavours to actualize and make real in our life"
Pernahkah anda melihat orang tua yang memarahi anak karena tingkah buruknya? Lalu, sang anak malah merasa semakin jengkel dan terus melanjutkan perilaku buruknya.Â
Lantas, kenapa perilaku buruk pada anak lebih sulit dirubah?
Dalam sebuah buku berjudul "WITHIN YOU IS THE POWER"Â karya Henry Thomas Hamblin, ada satu jawaban yang cukup beralasan. Ternyata, perilaku negatif berasal dari akumulasi kebiasaan buruk yang tersimpan rapi di pikiran bawah sadar seseorang.
Semua berawal dari pembiasaan orang tua dari dalam rumah dan pengaruh lingkungan tempat di mana anak tinggal. Informasi yang masuk ke otak anak bakal disimpan di otak bawah sadar. Terlebih apa yang mereka lihat dari apa yang dicontohkan kedua orang tua.Â
Perilaku buruk anak diawali dari contoh buruk yang mereka lihat sehari-hari. Ketika mereka terfokus pada contoh buruk berulang kali, maka otak bagian sadar menyimpan informasi tersebut untuk kemudian dijadikan landasan pembenaran.
Ketika anak mulai berperilaku buruk, pada dasarnya mereka tidak sepenuhnya memahami konsekuensi dari perilaku tersebut. Database dari pikiran bawah sadar menjadi pemicu dari setiap tindakan mereka.Â
Oleh karenanya, sangat masuk akal jika anak akan jengkel dan merasa marah saat diomeli tentang perilaku buruk mereka. Apalagi jika dilakukan di depan teman-temanya.Â
""By fighting a habit we direct sub-conscious attention to it, and this is fatal. If, however, we turn our whole
attention to something entirely different and which is higher and better, all the powers of the sub-conscious are directed towards the production, in the life and body, of the new object of attention."
Nah, merubah perilaku buruk anak dengan cara mengomeli anak bukanlah cara yang tepat. Kenapa? Karena emosi yang timbul akan mengarahkan pikiran bawah sadar ke perilaku negatif yang sudah terbentuk di memori otak.Â
Oleh karenanya, cara terbaik adalah dengan tidak memicu emosi negatif pada anak. Semakin sering dimarahi dan disalahkan, pada hakikatnya semakin sulit perilaku buruk dirubah.Â
Membiasakan Perilaku Positif
Nah, jika benar-benar ingin merubah perilaku buruk yang sudah berakar pada anak, mulailah dengan membiasakan hal berlawanan. Pikiran bawah sadar merekam aktivitas berulang.
Untuk itu, perilaku buruk pada anak tidak bisa dirubah dalam waktu instan. Butuh proses untuk membentuk kebiasaan positif  baru, sehingga lama-kelamaan perilaku buruk mulai terhapus dari pikiran bawah sadar anak.
Dalam ilmu otak, ada istilah yang berbunyi: "neurons that fire together wire together". Maknanya, sebuah tindakan berulang yang direkam otak akan menghasilkan koneksi kuat di otak.Â
Makanya, setiap perilaku yang sering diulang dari pembiasaan sangat menentukan kepribadian seseorang. Terbiasa dengan hal positif akan menghasilkan perilaku positif. Begipun sebaliknya.Â
Seringkali, pembenaran dari segala tindakan anak adalah apa yang mereka lihat. Sumber informasi yang mereka dapat di awal menentukan jenis perilaku bawaan mereka. Dengan kata lain, perilaku buruk dari orang tua secara otomatis diwarisi oleh anak.
Jika demikian, hal yang sama berlaku pada perilaku positif. Anak mudah mencontoh dari hal kecil yang dibiasakan orang tua dalam rumah.Â
Coba perhatikan anak yang sering melihat orang tua buang sampah sembarangan. Perilaku seperti apa yang akan anak wariskan ketika dewasa? Tentu sulit bagi anak untuk tidak meniru apa yang orang tua perlihatkan.
Idealnya, perilaku baik orang tua menular pada anak. Orang tua harus mencontohkan jenis perilaku apa yang mereka inginkan dari anak.Â
Mulailah dengan hal-hal kecil yang sederhana. Pembiasaan membantu orang tua seperti cuci piring, membersihkan rumah, membersihkan tempat tidur, menyapu kamar dan membuang sampah pada tempatnya.Â
Jangan bertindak terlalu keras pada anak, terlebih memberi hukuman atas perilaku buruknya. Hal ini malah membuat anak sulit melepaskan diri dari database negatif pikiran bawah sadar.
Maka dari itu, sebelum database buruk menetap di pikiran bawah sadar, perbanyaklah contoh positif agar anak merekam kebiasaan baik yang akan menjadi landasar berpikir mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H