Kalau pun label kandungan gula diberlakukan, konsumsi makanan dan minuman bergula masih relatif tinggi. Sama seperti menulis "JANGAN BUAH SAMPAH DISINI", perilaku membuang sampah tetap berlanjut walau sebesar apapun spanduk tercetak.
Bagaimana mengajarkan anak-anak tentang hidup sehat?
Nah, perilaku hidup sehat perlu dibentuk sedari kecil. Peran keluarga sangat penting untuk menghadirkan kesadaran akan makanan dan minuman sehat dari dalam rumah.Â
Konsumsi makanan dan minuman seorang ibu yang sedang hamil menjadi fondasi awal bagi janin dalam kandungan. Bayangkan jika seorang ibu terbiasa makan tidak sehat, bagaimana pola konsumsi makanan dalam rumah?
Seorang ibu dengan pola makan sehat mewariskan perilaku hidup sehat bagi anak. Benarkah demikian? saya tidak mengada-ngada! Jika saja seorang ibu rajin memasak sayur dan rutin mengkonsumsi buah dan masakan sehat, anak mana yang tidak betah berada di rumah?
Sebaliknya, jika konsumsi makanan di rumah serba instan, dikit-dikit pesan gofood, apa yang dipelajari anak? perilaku hidup sehat dimulai dari dapur. Ibu yang cerdas tidak membiarkan anak makan di luar.
Ah, sekarang kan jamannya serba mudah. Benar! semakin mudah hidup seseorang, maka semakin rentan ia terkena penyakit. Semua orang punya pilihan, apakah mau berusaha lebih untuk kualitas kesehatan terjaga, atau nikmati kemudahan namun bersiap untuk menyambut penyakit.
Kurikulum Kesehatan
kapan kita mulai belajar tentang arti hidup sehat?
Jujur saja, kebanyakan dari kita baru mengenal makna sehat setelah merasa sakit. Sekolah tidak memberi ruang pada anak-anak untuk membangun wawasan tentang makanan dan minuman yang sehat.
Buruknya lagi, kantin-kantin sekolah'sengaja' menfasilitasi makanan dan minuman kemasan berpemanis. Apakah guru-guru tidak memahami efek gula dan pemanis buatan pada tubuh, lantas membiarkan anak didik membeli jajanan di sekolah?
Adakah sekolah berfungsi untuk mendidik anak mengenal jenis makanan yang baik bagi tubuh?