Istilah uang Bahagia (happy money) baru saya pahami setelah membaca buku karya Ken Honda, seorang penulis Jepang.
Menurutnya, cara seseorang memperlakukan uang erat kaitannya dengan arus uang yang datang.
Uang sering dianggap sebatas alat tukar. Kebanyakan orang beranggapan jika fungsi uang tidak lebih sebagai media transaksi semata.
Padahal, uang juga bisa beralih fungsi menjadi magnet menyesuaikan dengan energi dari emosi pemakai.
Emosi positif dengan sukacita menghasilkan arus uang bahagia.
Nah, uang bahagia bisa dimaknai sebagai emosi yang melekat ketika seseorang mendapatkan dan membelanjakan uang.
Ada dua emosi terkait dengan uang. Pertama energi positif dan satunya lagi energi negatif.
Energi positif terbentuk dari rasa ikhlas saat menerima uang, terlepas dari jumlahnya. Begitupun ketika melepas uang. Dengan energi positif, sebesar apapun uang yang dilepaskan tidak perlu dipikirkan.
Adapun energi negatif bertolak belakang. Biasanya, orang dengan emosi negatif merasa kesal saat menerima uang yang sedikit dan sulit melepaskan walaupun dengan jumlah terkecil.
Disinilah awal mula hadirnya arus uang bahagia. Orang yang bersikap positif ketika berhadapan dengan uang mudah mengundang uang dalam hidupnya.
Arus positif melahirkan magnet positif pula. Begitulah hukum tarik menarik yang berlaku. Jangan heran, semakin banyak seseorang mengeluarkan uang dengan ikhlas, semakin deras arus uang datang menghampiri.
Pun demikian berlaku sama bagi mereka yang pelit. Semakin mereka menahan uang, semakin kecil arus uang yang datang.
Uang itu ibarat air. Kalau dibiarkan penuh tanpa dialiri, ia menjadi sumber penyakit. Orang dengan prinsip hidup pelit sebenarnya membuat arus uang sempit.
Perhatikan orang dermawan. Hartanya terus bertambah karena rasa syukurnya besar. Keikhlasa mereka melepas uang menjadi magnet arus uang bahagia sepanjang hidup.
Untuk itu, sekecil apapun uang yang diterima, berterima kasihlah dan jangan menahannya. Hidup hemat boleh, tapi jangan menyiksa diri berlebihan.
Kenapa?
Karena saat melepas uang dengan bahagia, tanpa kita sadari wadah untuk menampung uang semakin besar.
Orang pelit dan susah melepas uang pada hakikatnya mempunyai wadah kecil. Jadi, uang yang datang pun sedikit. Rasa syukur yang sedikit sulit mengundang arus uang.
Mana yang lebih mudah kita bantu, apakah teman yang pelit atau yang sering mentraktir?
Jawabannya jelas. Orang pelit itu pasti dijauhj karena kepribadiaan negatif. Energi yang dikeluarkan tubuhnya bersifat negatif.
Makanya, orang dermawan hidupnya jauh dari kesusahan. Wadah menampung uang mereka besar. Orang akan tergerak untuk bertransaksi dengan mereka dalam hal jual beli.
Jaringan mereka lebih luas karena kepribadiaan yang baik. Uang lebih mudah datang kepada mereka ketimbang orang yang bersikap negatif pada uang.
Jangan sekedar bahagia saat gajian saja, tapi mulailah bersukacita ketika membelanjakan uang. Ciptakan arus uang bahagia melalui rasa syukur me dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H