Pagi ini saya mengunjungi sebuah taman rekreasi di kabupaten Aceh Besar. Lokasinya hanya 15 kilometer dari pusat kota Banda Aceh.
Ada banyak hewan unik di dalamnya. Salah satunya adalah sapi Afrika. Sesuai namanya, asal muasal sapi ini mudah ditebak.
Saya segera menyapa penjaga taman yang hendak memberi makan sapi tersebut.
Pada awalnya sapi Afrika ini cuma sepasang, menurut penuturan petugas taman. Baru kemudian mulai beranak pinak.Â
Katanya, sapi ini habitat aslinya di Afrika. Ciri khasnya adalah tanduk menyerupai banteng. Sepasang sapi awal mulanya dipesan dari Medan, tempat dimana mereka dikembangbiakkan.
Sapi Afrika memiliki selera makan sama seperti sama kebanyakan. Mereka diberi pakan rumput dan beberapa jenis buah serta makanan sejenis pelet. Tapi bukan pelet santet ya. Hahaha Â
Selain sapi Afrika, ada banyak jenis binatang lainnya. Nah, tempat rekreasi ini dinamai taman rusa karena binatang dengan jumlah terbanyak adalah rusa.
Pengunjung dikenakan biaya 20 ribu per orang sebagai tiket masuk. Dewasa dan anak-anak tarifnya sama. Cukup bayar sekali dan bebas berkeliling taman.
Khusus untuk anak-anak tersedia kolam berenang sesuai umur. Dengan membayar 20 ribu, anak-anak bisa masuk dan mandi sepuasnya ditemani orang dewasa jika masih di bawah lima tahun.
Ada banyak alternatif lain untuk dicoba. Bagi yang ingin Keliling taman, cukup menyewa sepeda atau menaiki kereta api di sekeliling kolam. Tinggal bayar sesuai tarif yang tertulis. Harganya masih sangat terjangkau.
Taman rusa sangat cocok untuk keluarga. Anak-anak bisa bermain sambil belajar tentang alam, hewan, dan tanaman. Orang dewasa bisa sejenak bersantai menikmati alam dengan udara segar pegunungan.Â
Pengunjung bebas membawa makanan dan menempati pondok-pondok kecil yang sudah disediakan. Musim liburan sekolah masa dimana taman rusa disesaki anak-anak.
Rekreasi alam seperti ini memberi kesan tersendiri bagi anak-anak. Mereka belajar tentang ekosistem alam dan beberapa jenis binatang yang mungkin jarang dilihat atau bahkan mustahil dijumpai langsung.
Munurut saya pribadi, taman rekreasi setidaknya dibangun menyerupai habitat asli dari jenis binatang. Jelas ini membutuhkan kerjasama arsitek dan ahli tata ruang kota dengan desain ramah lingkungan.
Taman bermain anak perlu diperbanyak. Setiap kabupaten idealnya memiliki satu taman rekreasi ramah anak. Untuk itu, pemerintah daerah hendaknya berinisiatif untuk mengalokasikan anggaran secara terstruktur.Â
Pendapatan daerah dari biaya parkir atau pajak sangat mungkin dianggarkan untuk memperbanyak taman rekreasi dengan habitat alam serta pepohonan. Udara segar semakin mahal harganya sejak hilangnya pohon-pohon besar.Â
Kota-kota besar perlu berbenah. Jangan terlena dengan memperbanyak bangunan tinggi, namun miskin tempat rekreasi dengan ekosistem alami. Berpikir maju boleh asalkan tidak terus merusak alam dengan menebang pohon demi bangunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H