Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Uang dan Emosi, Menjadikan Perasaan sebagai Magnet Rezeki

26 Juni 2024   12:51 Diperbarui: 30 Juni 2024   15:06 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
uang dan emosi | ilustrasi gambar: freepik.com

Ketika sedang melewati ribuan pajangan buku di toko Gramedia, pandangan saya terhenti pada sebuah cover buku. Dua kata yang cukup menarik perhatian dan berhasil menghentikan kedua langkah kaki: Happy Money.

Happy Money

Buku ini adalah karya seorang penulis Jepang bernama Ken Honda. Ia adalah konsultan keuangan di negaranya. Dari interaksi bersama kliennya, Ken mengobservasi perilaku, emosi, dan interaksi orang berkaitan dengan uang.

Tidak seperti kebanyakan buku yang menyajikan data statistik dan rentetan teori keuangan, Ken memberi gambaran uang dari sudut berbeda. 

Bagaimana anda berinteraksi dengan uang? adakah emosi negatif menyertai, atau seberapa bahagia ketika anda membelanjakan uang?

Nah, sisi menarik dari buku ini adalah bagaimana kebanyakan orang berinteraksi dengan uang. Misalnya, bagaimana perasaan kita ketika menerima gaji, membelanjakan uang, atau memberikannya kepada orang lain?


Frasa Happy money memiliki makna yang dalam. Pemilihan judul buku dapat dipahami dari keseluruhan isi buku ini. Ken mencoba untuk menghubungkan kata happy dan money. 

Dalam keseharian, ada dua emosi yang terlibat ketika seseorang berhadapan dengan uang: positif dan negatif. Mungkin kita tidak sepenuhnya merasakan atau benar-benar sadar saat berinteraksi dengan uang. 

Coba sesekali perhatikan apakah kita menganggap uang sebagai sebuah musibah atau berkah. Bagi sebagian orang, emosi yang melekat pada uang condong negatif, akhirnya ia tidak bisa menjadi magnet untuk menarik uang. 

Sementara bagi sebagian yang lain, emosi positif yang dominan kerap kali membuat uang datang kepadanya dari sumber tak terduga. Ini semua bukan mengada-ngada, tapi realita di lapangan.

Konsep Uang dalam Keluarga

Ketika kecil, kita sering mendengar ungkapan berbeda tentang uang. Ada keluarga yang hidupnya pas-pasan dan memberi pesan kepada anak agar hidup hemat dan tidak boros. 

Frasa seperti "ayah capek cari uang", "keluarga kita miskin", "ibu tidak punya uang", "kita tidak akan bisa membeli itu" adalah beberapa contoh emosi negatif yang tanpa disadari diwariskan pada anak.

Kata-kata negatif yang diucapkan dengan emosi memberi pesan kuat. Makanya, anak-anak yang semasa kecil sudah mendengar hal buruk tentang uang akan mewarisi sikap yang sama.

Dengan demikian, ketika berhadapan dengan uang perilaku yang muncul condong negatif. Sebagai contoh, keluarga yang sangat irit akan begitu sulit untuk mengeluarkan uang karena ketakutan akan hilangnya uang.

Padahal, rasa takut akan kehilangan uang malah menyebabkan tertanamnya emosi negatif lebih kuat di otak bawah sadar. Tidak heran, orang pelit hidupnya berputar pada kondisi yang sama. Mereka sulit untuk mendapatkan uang lebih banyak.

Masalahnya bukan pada ketidakmampuan mereka, namun lebih kepada emosi negatif yang menjauhkan mereka dari uang. Dengan kata lain, kepribadian mereka menciptakan tembok penghalang datangnya uang.

Nah, sekarang mari kita lihat kepribadian orang-orang yang memperlakukan uang dengan emosi positif. Mereka umumnya dibesarkan dengan energi positif ketika berhadapan dengan uang.

Bagi golongan ini, uang akan selalu ada dan cukup untuk semua orang. Makanya, saat berkomunikasi dengan anak, mereka bersikap positif dan kata-kata yang diucapkan juga mengandung energi positif. 

Kita tentu tidak sedang membicarakan orang kaya yang pelit, tapi keluarga yang merasa cukup dengan apa yang mereka miliki dan suka berbagi ke sesama. 

Orang seperti ini biasanya bersukacita ketika menerima uang dan tidak merasa rugi ketika melepaskan uang. Artinya, baik saat uang datang atau pergi, emosi yang mereka hasilkan tetap positif. 

Perlu diingat, definisi kaya bukanlah mereka yang memiliki banyak uang. Pada dasarnya, kaya adalah perasaan yang muncul ketika berinteraksi dengan uang. Merasa cukup akan apa yang dimiliki menggambarkan kondisi kekayaan seseorang. Dengan kata lain, rasa bahagia bukan berasal dari jumlah uang yang banyak, namun lebih kepada perasaan cukup dan lapang.

Emosi positif dan negatif, Apa yang membuat keduanya berbeda?

Emosi yang kita keluarkan ketika berhadapan dengan uang menciptakan reaksi tersendiri. Orang yang benci dengan pekerjaannya dan bekerja sekedar untuk menerima gaji di awal bulan lebih gampang membawa energi negatif dalam keseharian.

Tanpa mereka sadari, tindakan, kata-kata, dan pola interaksi yang dihasilkan mengarahkan mereka dalam lingkaran yang negatif pula. Kelompok ini sangat mudah mengeluh dan menganggap apa yang terjadi dalam hidup mereka adalah hasil dari ketidakadilan.

Sebaliknya, mereka yang mencintai pekerjaan lebih mudah mengundang energi positif dalam hidupnya. Alhasil, kepribadian mereka bak magnet yang mudah menarik uang dari sekitar.

Emosi yang kita hasilkan sangat menentukan perilaku kita kepada orang lain. Orang merasa nyaman berbicara jika ekspresi wajah menunjukkan keceriaan, akan tetapi menghindar ketika ekspresi bermuka masam atau marah.

Orang-orang dengan energi positif memiliki kepribadian yang relatif menarik. Mereka mudah bergaul dan meraih kepercayaan dari orang lain. 

Mana yang lebih kita utamakan ketika menyeleksi calon pekerja, bukankah energi yang mereka keluarkan mudah dilihat dari cara mereka berinteraksi dan ekspresi wajah.

Para pekerja dengan kepribadian buruk idealnya tidak bertahan lama pada satu pekerjaan. Seringkali mereka tidak puas karena menganggap gaji yang diterima terlalu kecil, akhirnya interaksi mereka dengan uang selalu negatif.

Bukan kebetulan jika kelompok ini terus berada pada tipe pekerjaan yang sama seumur hidup, walaupun sebenarnya mereka tidak merasa bahagia untuk berada disana. 

Inilah alasan kenapa orang-orang dengan sikap negatif akan sangat sulit menghasilkan uang lebih banyak. Emosi yang ada dalam tubuh mereka membuat uang enggan datang. Kondisi hidup mereka tidak lebih baik dari apa yang mereka bayangkan.

Ah, bukankah perkara uang itu memang sudah tertulis dari sananya?

Tentu benar jika segala sesuatu sudah ditetapkan, tapi manusia diharuskan berusaha dan menggunakan akalnya dengan baik. Lagipula, bukankah orang-orang negatif berada dalam lingkaran yang sama?

Jika demikian, alangkah baiknya untuk mulai merubah emosi negatif yang terlajur terperangkap dalam tubuh. Cobalah bersikap positif pada uang, lalu lihatlah bagaimana uang datang dengan caranya sendiri.

Pun demikian, berusahalah untuk melepas uang dengan senyuman. Biarkan uang pergi dengan kebahagian menuju orang-oranng yang membutuhkannya. 

Jika kita mampu menerima uang dengan bahagia dan membiarkannya pergi dengan sukacita, secara otomatis kita sudah menjadikan perasaan kita sebagai magnet untuk mengundang lebih banyak uang.

Walau demikian, siapkan wadah yang cukup untuk menampung uang. Tidak semua kita memiliki wadah yang besar, sehingga kadar uang yang datang akan berbeda. 

Mereka yang berhasil menarik banyak uang dalam hidup sejatinya memiliki wadah yang ideal. Maknanya, kesanggupan kita untuk mengelola uang berbanding lurus dengan jumlah uang yang kita dapat.

Kalau wadah yang kita miliki masih kecil, sewajarnya kita tidak berharap lebih banyak uang. Boleh jadi, ketidaksiapan kita menampuang uang malah mengundang lebih banyak musibah nantinya.

Bukankah Allah menjatahkan rezeki sesuai wadah yang kita punya?

Jadi, siapkan dulu diri kita untuk menampung uang. Melatih diri untuk selalu merasa bahagia terlepas dari seberapa banyak uang yang kita miliki adalah salah satu indikasi akan seberapa besar wadah yang sudah kita siapkan. 

***

By: Masykur

Rabu, 26 Juni, 2024

Banda Aceh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun