Skema pendanaan yang berbentuk satu arah condong mematikan kreatifitas. Dalam hal ini, pemerintah menyerahkan dana sesuai jumlah siswa di sekolah, sementara penggunaan dana tersebut jarang menyentuh pada kualitas pengajaran berkepanjangan.
Idealnya, semakin besar dana yang dialokasikan berbanding lurus dengan kualitas output siswa setiap tahunnya. Sayangnya, sistem pendanaan yang menoton hanya menyentuh kuantitas.
Sekolah yang bisa menerima siswa lebih banyak akan mendapat dana lebih besar. Jika demikian, visi sekolah hanya berkutat pada kuantitas semata.
Skema pendanaan sepatutnya didesain dengan visi jangka panjang. Diantaranya, menfokuskan pada kualitas pembelajaran, penelitian kelas, dan desain materi yang jauh lebih memudahkan.Â
Materi pembelajaran di sekolah seringkali terbatas, sehingga kualitas pembelajaran sulit ditingkatkan. Sejatinya, harus ada alternatif kurikulum selain dari pemerintah yang bisa diakses.Â
Makanya, skema pendanaan perlu memikirkan bagaimana caranya memancing guru untuk lebih kreatif. Maknanya, guru-guru berkualitas harus didorong untuk menulis dan menelurkan karya setiap tahun.
Kurikulum yang baik datang dari konteks ruang kelas. Guru lebih memahami apa yang terjadi dalam kelas dan apa yang sebaiknya dirubah. Untuk itu, kualitas materi pembelajaran semestinya datang dari kebutuhan dalam kelas oleh guru-guru.
Jadi, pendidikan gratis bukan sekedar memberi ruang untuk siswa datang ke sekolah menyerap ilmu, lebih dari itu guru mesti mendapat beasiswa untuk mengembangkan ilmu untuk meningkatkan kualitas transfer ilmu dalam kelas.Â
Makan bergizi bisa diusahakan ketika akses pada pendidikan terbuka lebar. Mengajarkan seseorang cara memancing jauh lebih bermanfaat daripada memberinya ikan setiap hari.
Teach a man how to fish, he will feed the whole family.Â
***
[Masykur]