Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Indonesia Krisis Guru Penggerak?

17 Mei 2024   16:05 Diperbarui: 17 Mei 2024   16:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
guru penggerak|https://id.pngtree.com/

Pemerintah sedang serius mencetus guru penggerak di seluruh Indonesia. Mereka diharap bisa menjadi pemimpin pembelajaran. Fungsi guru penggerak adalah menfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada murid. 

Ekosistem Pendidikan

Menarik untuk dianalisa sejauh mana program guru penggerak ini membentuk ekosistem pendidikan. Kemendikbud mengklaim jika program guru penggerak digagas untuk menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik.

Apa itu ekosistem pendidikan yang baik?

Kalau kita sekilas melihat ekosistem pendidikan masa lalu, maka proses pembelajaran berpusat pada guru. Guru di masa lalu adalah sosok utama sumber ilmu selain buku. 

Baca juga: Guru Penggerak

Tugas siswa berputar pada ekosistem 3M, yakni: Mendengar, Mencatat dan Menjawab soal-soal ujian. Plesetan pada kurikulum CBSA: Catat Buku Sampai Abis bisa jadi karena ekosistem 3M ini.

Setiap pergantian kurikulum di Indonesia sebenarnya tidak merubah esensi pola belajar. Siswa tetap menjadi pendengar yang baik untuk memindahkan catatan dari papan tulis ke buku tulis, from board to book.

Ekosistem pendidikan Indonesia perlu dirubah. Istilah guru penggerak muncul ke permukaan untuk merubah paradigma pendidikan masa lalu. Simpelnya dipahami, Kemendikbud ingin mentransformasi pembelajaran dari satu arah menjadi dua arah.

Di teori-teori pendidikan terkenal istilah learner-centered, yaitu kebalikan dari teacher-centered. Guru tidak lagi menjadi pusat ilmu, tapi diminta menjadi fasilitator proses belajar di dalam kelas. 

Guru penggerak harus mampu mengembangkan diri sendiri dan guru-guru lain. Pengembangan diri ini dilakukan dengan media refleksi, berbagi dan kolaborasi mandiri. 

Tidak sampai disana, guru penggerak juga diwajibkan untuk berperilaku baik secara moral, emosi dan spriritual. Tuntutan yang sebelumnya tidak dititiberatkan pada guru-guru masa lalu.

Hemat saya, ekosistem pendidikan memang sepantasnya dibentuk untuk menfasilitasi pembelajaran dua arah. Proses pembelajaran bertumpu pada siswa boleh jadi baik, tapi kemampuan guru menciptakan ruang untuk transfer ilmu antar siswa harus terukur.

Seminar-seminar pendidikan masih terus bermunculan. Frasa learner-centered selalu menghiasi materi workshop. Apakah guru penggerak mampu mengembangkan diri mereka?

Jika iya, bagaimana mengukurnya dan siapa yang pantas menilainya?

Merubah ekosistem pendidikan tidak mudah. Ekosistem yang baik dibentuk dengan perencanaan, penilaian, dan kontribusi. Guru, murid, dan orang tua masuk ke dalam ekosistem pendidikan.

Kemendikbud mensyaratkan guru penggerak untuk memiliki skil berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas. Apa tujuannya? 

  • 1. Mengembangkan sekolah
  • 2. Menumbuhkan kepemimpinan pada murid

Dua hal ini jelas tidak mudah dilakukan oleh guru penggerak. Definisi mengembangkan sekolah terlalu abstrak untuk dimaknai. Apa ukuran sekolah berkembang? itu harus dijabarkan terlebh dahulu.

Jikapun tugas itu diamanahkan bagi guru penggerak, rasanya kurang pas. Tugas mengembangkan sekolah tidak semestinya jatuh menjadi tanggung jawab guru. Kepala sekolah yang justru mengemban amanat tersebut.

Menumbuhkan minat kepemimpinan pada murid masih masuk akal. Guru penggerak bisa dilatih untuk mentransfer semangat kepemimpinan dalam ruang, melatih murid untuk memimpin tugas kelompok dan semisalnya.

Komunitas

Dalam ekosistem pendidikan, seberapa pentingkah peran komunitas dan kontribusi apa yang diharapkan?

Saya yakin, Kemendikbud memiliki definisi lengkap tentang komunitas sebagaimana tertuang pada tujuan dibentuknya guru penggerak. 

Kita ambil contoh dalam lingkup bisnis, Apple membuat ekosistemnya melalui 'ketergantungan' satu perangkat ke perangkat lain. Misalnya sesama komunitas Macbook ada ruang khusus untuk fasilitas software jangka panjang.

Komunitas I-Pad, I-Pod, dan I-Phone mempunyai hak yang sama akan privilese yang ditawarkan. Mereka semua bernaung dalam ekosistem Apple. Fungsi dan peran komunitas tergambarkan melalui konektivitas dan fasilitas. 

Nah, guru penggerak punya tugas untuk berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas. Timbul pertanyaan, komunitas apa yang dimaksud? apakah dari sekolah atau luar sekolah.

Hubungan guru dan orang tua jelas penting. Orang tua harus dilibatkan dalam ekosistem sekolah. Bukan semata perkara rapat komite sekolah atau undangan perpisahan, tapi lebih kepada perkembangan anak didik di sekolah.

Tidak semua guru mampu melakukan ini karena membutuhkan skil komunikasi yang baik. Pun demikian, setiap guru semestinya memiliki skil mendengar yang baik dan berkomunikasi dengan lancar.

Jadi, terlepas dari beban guru penggerak yang relatif besar, guru biasa pun harus sigap untuk berinteraksi dengan orang tua. Wali murid dirangkul untuk berpartisipasi dalam hal diskusi, berbagi opini dan informasi mengenai kepribadian anak.

Guru mencatat dan menyelaraskan dengan transaksi pembelajaran dalam kelas. Murid dengan tipe pendengar difasilitasi dengan media ceramah, murid tipikal visual disedikan materi berbentuk gambar atau video, dan murid suka bergerak diajarkan dengan cara eksperimen. 

Begitulah konsep kolaborasi yang berujung pada kontribusi. Untuk mewujudkan itu tidak harus menunggu guru penggerak. Semua guru di sekolah adalah penggerak. 

Kepala sekolah sebagai motor penggerak utama untuk menjembatani perubahan dalam sekolah. Ekosistem pendidikan yang baik dimulai dari dalam rumah, lingkungan dan sekolah. 

Kurikulum yang baik mewarisi siswa berkualitas. Kalau semua guru bisa bersinergi bergerak, bersatu, dan berempuk untuk melahirkan ekosistem pendidikan yang berkualitas, apakah harus menunggu guru penggerak untuk bergerak?


***

[Masykur - guru penulis]

Friday, 17 May, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun