Seminar-seminar pendidikan masih terus bermunculan. Frasa learner-centered selalu menghiasi materi workshop. Apakah guru penggerak mampu mengembangkan diri mereka?
Jika iya, bagaimana mengukurnya dan siapa yang pantas menilainya?
Merubah ekosistem pendidikan tidak mudah. Ekosistem yang baik dibentuk dengan perencanaan, penilaian, dan kontribusi. Guru, murid, dan orang tua masuk ke dalam ekosistem pendidikan.
Kemendikbud mensyaratkan guru penggerak untuk memiliki skil berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas. Apa tujuannya?Â
- 1. Mengembangkan sekolah
- 2. Menumbuhkan kepemimpinan pada murid
Dua hal ini jelas tidak mudah dilakukan oleh guru penggerak. Definisi mengembangkan sekolah terlalu abstrak untuk dimaknai. Apa ukuran sekolah berkembang? itu harus dijabarkan terlebh dahulu.
Jikapun tugas itu diamanahkan bagi guru penggerak, rasanya kurang pas. Tugas mengembangkan sekolah tidak semestinya jatuh menjadi tanggung jawab guru. Kepala sekolah yang justru mengemban amanat tersebut.
Menumbuhkan minat kepemimpinan pada murid masih masuk akal. Guru penggerak bisa dilatih untuk mentransfer semangat kepemimpinan dalam ruang, melatih murid untuk memimpin tugas kelompok dan semisalnya.
Komunitas
Dalam ekosistem pendidikan, seberapa pentingkah peran komunitas dan kontribusi apa yang diharapkan?
Saya yakin, Kemendikbud memiliki definisi lengkap tentang komunitas sebagaimana tertuang pada tujuan dibentuknya guru penggerak.Â
Kita ambil contoh dalam lingkup bisnis, Apple membuat ekosistemnya melalui 'ketergantungan' satu perangkat ke perangkat lain. Misalnya sesama komunitas Macbook ada ruang khusus untuk fasilitas software jangka panjang.
Komunitas I-Pad, I-Pod, dan I-Phone mempunyai hak yang sama akan privilese yang ditawarkan. Mereka semua bernaung dalam ekosistem Apple. Fungsi dan peran komunitas tergambarkan melalui konektivitas dan fasilitas.Â