Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis Desa-Surat Wasiat

26 Februari 2024   17:58 Diperbarui: 26 Februari 2024   18:02 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis Desa|dokpri via Canva

"segera pasang dinamit dan sambungkan sumbunya" desak Adam pada tim evakuasi.

Kardi yang sedang berjuang di bawah tanah terus berharap pada tim penyelamat. Tiga pekerja telah meninggal karena stok makanan habis, sedangkan sisa air sangat terbatas.

"Assalamu'alikum, Annisa istriku tercinta"

Kardi mengambil buku catatan kecil di saku baju kerjanya. Ia selalu membawa buku kecil itu untuk menuliskan apa saja yang dilakukan di pertambangan.

Mengandalkan cahaya senter yang mulai meredup, ia perlahan menulis sebuah wasiat terakhir untuk istri dan calon buah hatinya.

"Mungkin hari ini terakhir aku bisa membayangkan wajahmu. Ijinkan aku menulis surat ini. Jika engkau sedang membaca suratku, aku pasti telah terkubur kaku dalam tanah. Tiga hari lagi aku akan pulang, aku sudah tidak sabar untuk mengelus perutmu"

Gelap dan sunyi. Dua kata untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan Kardi dan pekerja yang sedang berjuang keluar.

Sisa waktu tidak banyak, kadar oksigen menurun. Air hujan mulai merembes melalui bebatuan permukaan dinding gua tambang.

"Bagaimana kabar anak kita? aku semakin sekarat, waktuku mungkin tidak lama. NAISA. Apakah nama ini terdengar bagus di telingamu" Kardi mencoba melanjutkan wasiatnya.

Ketika berada di pertambangan, Kardi sangat dekat dengan seorang mandor. Karena rajin dan dianggap jujur, ia mendapat kepercayaan khusus dari mandor pertambangan.

Naisa adalah nama yang ia dengar ketika berada dalam gua tambang. Afif yang memimpin timnya kehilangan putri tercintanya dua tahun lalu saat sedang ditugaskan di pelosok.

Afif tidak menyangka jika hari itu adalah hari terakhir ia mencium kening anaknya sebelum berangkat. Hanya berselang satu minggu setelah tiba di pertambangan, Naisa menghembuskan nafas.

Sejak itu, Afif lebih banyak diam. Kehadiran Kadri merubah segalanya. Kadri mengajarkan makna kesederhanaan hidup di desa dan arti sebuah kejujuran.

Afif merasa terpukul ketika mendengar kabar putri terncintanya meninggal. Sifatnya berubah drastis, dari pemarah menjadi pendiam.

Padahal, hidupnya tidak pernah kekurangan. Istri yang cantik dan seorang putri jelita disokong gaji puluhan juta per bulan lebih dari pada cukup untuknya. Belum lagi bonus ratusan juta per tahun yang selalu diterimanya.

Namun, kepergian anak semata wayang merubah segalanya. Ia tak lagi menikmati hidup dan lebih memilih kehidupan di tambang. Istrinya pun memilih untuk cerai dan seketika itu tidak dia hiraukan lagi.

Kisah Afif menggugah hati Kardi. Nama Naisa membekas di pikirannya. Sebab itu, ia berpikir untuk menamai calon anaknya NAISA.

"Kardi, kita tak mungkin selamat" ucap Afif dengan suara parau. Oksigen hanya cukup untuk satu orang, sedangkan tim evakuasi belum mampu menembus dinding tambang yang kokoh.

"Gunakan ini, istri dan anakmu pasti membutuhkanmu. Berusahalah sekuat tenaga untuk keluar dari sini" Afif memberikan tabung oksigen pada Kardi, nafasnya mulai lamban, pertanda buruk akan menimpanya.

Kardi tinggal seorang diri. Ia bahkan tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Satu per satu teman-teman menghembuskan nafas terakhir.

"Ya rabb, jika waktuku tiba, setidaknya berikan kesempatan bagi tim penyelamat untuk menemukan buku saku ini" Kardi mengadahkan kedua tangan ke atas sambil meneteskan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun