Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingkah Seleksi Jalur Prestasi di Sekolah?

22 Februari 2024   12:31 Diperbarui: 22 Februari 2024   12:34 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seleksi jalur prestasi di sekolah | Freepik.com

Pagi ini saya menghadiri uji potensi anak yang akan masuk sekolah. Jalur prestasi menjadi pilihan karena ada beberapa sertifikat lomba yang bisa dipakai.

Seleksi siswa jalur prestasi juga jalur paling diminati oleh calon orang tua siswa. Kenapa? karena jalur regular prosesnya lebih 'ribet' dan saingannya jauh lebih berat dengan alokasi sudah pasti.

Nah, apakah jalur prestasi sebagai jalur masuk sekolah dianggap pantas?

Setidaknya ada dua sisi positif jalur prestasi. Pertama, memberi ruang untuk anak-anak yang memiliki potensi tertentu. Kedua, membuka pintu seleksi secara bertahap.

Nah, terlepas dari sisi positifnya, seberapa pentingkah seleksi jalur prestasi?

Sekilas, berdasarkan observasi saya di lapangan, munculnya seleksi jalur prestasi disebabkan sistem pendidikan yang secara tidak langsung mengedepankan prestasi dalam proses transfer ilmu. 

Pada tingkat kanak-kanak sekali pun, siswa sudah dibiasakan dengan mengikuti lomba-lomba. Lomba mewarnai, menggambar, bernyanyi, hafalan do'a, dll. 

Hal ini akhirnya memicu kehadiran Bimbingan Belajar (bimbel) dengan slogan bervariasi. Baik itu bimbel membaca dan menulis, atau pun yang mengasah bakat seperti melukis dan mewarnai. 

Tentunya tidak ada masalah dengan semua itu. Toh, pada kenyataannya bimbel menjadi tempat favorit orang tua yang ingin anaknya masuk katagori favorit di sekolah. 

Ketika jalur prestasi dibuka, sertifikat hasil lomba begitu berharga dan punya nilai jual untuk mendapatkan sebuah kursi di sekolah. Lantas, apa manfaatnya bagi sekolah?

Jelas, sekolah diuntungkan dengan kehadiran siswa hasil seleksi jalur prestasi. Ibaratnya, calon siswa ini adalah murid-murid idaman guru di masa depan. Secara kualitas, mereka dapat diandalkan untuk mengharumkan nama sekolah jika ada lomba tertentu.

Siswa yang kemudian diterima melalui jalur prestasi tentu mendapatkan tempat tersendiri. Ibaratnya, mereka adalah calon atlit yang berbakat, ketika diasah sedikit, kemampuan melejit.

Bagaimana dengan nasib siswa jalur regular?

Saya tidak bisa memberi jawaban utuh, tapi yang jelas jalur regular memiliki sistem penilaian berbeda. Kalau pada jalur prestasi calon siswa dinilai dengan standar bakat dan potensi, jalur regular lebih mengedepankan 'murni' kemampuan otak. 

Maknanya, jalur regular hanya menjaring siswa yang dianggap pantas dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Boleh jadi bakat dan potensi tidak menjadi pertimbangan utama. 

Jadi, jalur prestasi dan regular memiliki standar dan kriteria berbeda. Mekanisme tes dan kriteria panitia tes juga berbeda. Standar kelulusan bertitik pada isi kepala calon siswa, dan tidak tertutup kemungkinan adanya titipan orang dalam melalui pintu belakang.

Kesimpulan

Dari paparan di atas, pentingkah jalur prestasi dijadikan jalur seleksi sekolah? bagi saya pribadi sah-sah saja, namun orientasi jalur prestasi jangan sampai menjadi pemisah antara siswa di sekolah. 

Apapun tujuan jalur prestasi, semua siswa di sekolah wajib mendapat hak yang sama ketika berada di ruang kelas. Guru-guru juga tidak boleh terfokus pada siswa hasil jalur prestasi, walaupun secara bakat dan potensi boleh jadi mereka lebih baik dari siswa regular.

Jalur prestasi hendaknya menjadi satu pintu masuk untuk menyeleksi calon siswa dengan potensi berbeda. Jika kemudian ada calon siswa yang memiliki bakat langka, sekolah dapat mempertimbangkannya. 

Satu lagi, keberadaan kelas inti di sekolah juga berfungsi sebagai sekat pemisah antar siswa di kelas berbeda. Penamaan kelas berdampak negatif bagi guru dan siswa.

Guru akan lebih aktif mengajar di kelas inti karena anggapan siswa di dalamnya lebih baik, sementara cara dan pola mengajar guru di kelas regular seadanya saja. 

Siswa 'kurang beruntung' seringkali tidak mendapat akses pendidikan yang sama sekali pun mereka berada di bawah atap sekolah yang sama. Hal ini tidak terelakkan terbentuk dari pola seleksi, hasil seleksi, dan pelebelan kelas inti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun