Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspada Hormon Kebahagiaan Palsu Akibat Penggunaan Smartphone Berlebih

17 Februari 2024   12:03 Diperbarui: 18 Februari 2024   00:34 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran jika anak-anak dan remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam mengakses smartphone lebih sulit membangun relasi di dunia nyata karena otak tidak menganggap itu sesuatu yang menyenangkan.

Lebih buruknya lagi ada orang tua yang memang sengaja dan dengan penuh kesadaran memberi akses smartphone pada anak tanpa kontrok. Akhirnya, anak setiap harinya kebanjiran hormon kebahagian palsu. 

Bagaimana Seharusnya Orang Tua Bersikap?

Batasi Akses Smartphone: Untuk anak berumur 5 tahun ke bawah, alangkah baiknya tidak diberi akses pada smartphone. Kenapa? ada dua alasan penting. 

Pertama: otak sedang berkembang pesat. Kedua, koneksi di otak sebaiknya terbentuk dengan alami agar jaringan otak terangkai dengan baik.

Anak-anak di umur 1-5 tahun perlu mendapat rangsangan dari aktivitas fisik lebih banyak. Oleh karena itu, orang perlu membersamai anak lebih sering setiap harinya. 

Membiarkan anak mengakses smartphone sama halnya seperti merusak koneksi di otak anak. Walaupun pada kenyataannya seringkali tidak disadari oleh kebanyakan orang.

Rasa puas sesaat memang sangat menipu. Smartphone mempermudah dan menyediakan jalan pintas, sehingga orang menganggapnya pantas.

Namun dari itu, yang tidak dipahami orang adalah cara kerja otak membentuk jaringan. Ketika stimulus yang didapat lebih mudah, maka otak berkembang secara lemah. 

ADHD atau menurunnya tingkat konsentrasi erat kaitannya dengan penggunaan smartphone dalam durasi lama. Saat otak terus menerus mengeluarkan hormon endorfin palsu, kemampuan fokus perlahan menurun.

Jadi, sekilas anak-anak terlihat pintar, tapi jaringan di dalam otak tidak berkembang baik. Bagian hippocampus yang bertugas menyimpan memori jangka panjang tidak terstimulus karena kurangnya aktivitas fisik. 

Alhasil, anak-anak atau remaja merasa cepat puas dan emosinya sulit dikontrol. Ketika dihadapkan pada kondisi ril dalam dunia nyata, mereka tidak mampu beradaptasi dan condong menarik diri karena tidak merasa nyaman.

Manakala orang tua cendrung pasif atau tidak akrab membersamai anak, rangsangan berbentuk stimulus yang dibutuhkan anak untuk membentuk jaringan pada otak tidak terjadi.

Dampak apa yang muncul di kemudian hari?

Anak terbiasa pada hal instan atau mudah, lalu merasa sulit ketika harus melakukan sesuatu yang membutuhkan waktu lama. Misalnya, durasi belajar anak berkurang akibat konsentrasi menurun.

Di sisi lain, pada fase remaja atau dewasa, mereka akan membangun kebiasaan instan dan menbentuk kepribadian dengan standar nilai berbeda. 

Jika semua bisa dilakukan dengan mudah kenapa harus memilih yang susah, jika smartphone bisa mempermudah, kenapa harus memakai cara konvensional.

Begitulah standar yang melekat pada anak. Sayangnya, cara berpikir seperti ini tidak 100% benar. Smartphone tentu tidak bisa dibuang dari aktivitas sehari-hari, namun harus ada batasan akan balance antara aktivitas yang membutuhkan smartphone dan yang membutuhkan gerak.

Manusia sejatinya diciptakan untuk bergerak agar otak bekerja dengan baik. Smartphone membuat manusia malas bergerak dan membentuk kebiasaan mencari jalan pintas yang instan.

Makanya, fungsi otak terganggu ketika anak-anak sedari kecil terlalu sedikit bergerak. Belum lagi ketika anak makan ditemani smartphone yang kemudian membentuk kebiasaan buruk.

Peran orang tua untuk memperbanyak gerak sangatlah krusial bagi perkembangan otak anak. Efek buruk pada anak seringkali tidak terlihat kasat mata, namun muncul ketika dewasa.

Oleh karenanya, waspadalah ketika anak sedikit bergerak dan terus menerus memegang smartphone. Ada harga yang harus dibayar di kemudian hari.

Sekian! semoga bermanfaat!


By :Masykur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun