Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspada Hormon Kebahagiaan Palsu Akibat Penggunaan Smartphone Berlebih

17 Februari 2024   12:03 Diperbarui: 18 Februari 2024   00:34 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar mudah dipahami, perhatikan tingkah laku dan emosi anak-anak atau remaja yang sering menggunakan smartphone dengan mereka yang sangat jarang memegang smartphone. 

Perbedaan yang mencolok adalah adanya keterikatan atau ketergantungan pada smartphone berlebih. Dalam waktu 30 menit, seseorang yang terbiasa memegang smartphone akan terlihat 'gelisah' jika tidak mengakses secara berkala. 

Kecenderungan memegang dan mengakses informasi pada smartphone membentuk jaringan atau synapses pada otak. Semakin sering diulangi, maka semakin kuat jaringan tersebut.

Hal inilah yang membuat seseorang akan sangat sulit melepas adiksi pada smartphone. Sehingga, dalam waktu lama kemampuan fokus atau konsentrasi akan menurun perlahan. 

Anak-anak yang sering diberikan smartphone akan menangung akibat ketika masuk pada fase remaja dan dewasa. Kemampuan fokus pada sesuatu hal melemah, sehingga sulit untuk fokus pada suatu pekerjaan dalam waktu lama. 

Lantas, kenapa ini penting diketahui dan dipahami?

Pertama, kecendrungan pada smartphone secara tidak langsung melemahkan otak dalam jangka waktu lama. Pada saat anak mengakses smartphone berlebihan, hormon kebahagiaan diproduksi dalam jumlah yang tidak wajar. 

Jika itu terus menerus terjadi, maka otak akan kehilangan kemampuan untuk membedakan antara yang alami dan tidak. Maksudnya begini, secara normal hormon kebahagiaan itu muncul karena rangsangan alami dari aktivitas fisik.

Akses pada smartphone menjadikan seseorang diam atau sangat minim bergerak. Akibatnya, otak membentuk jaringan baru dengan cara yang tidak 'wajar' dalam jumlah besar.

Misalnya, penggunaan smartphone untuk game, menonton atau media sosial memicu hormon kebahagiaan 'palsu'. Oleh karenanya, rasa senang/bahagia sesaat menjadi sesuatu yang disukai otak. 

Remaja yang sering lengket bersama smartphone condong menarik diri dari lingkugan atau kontak sosial. Hal ini wajar terjadi karena otak tidak mendapatkan rasa nyaman ketika berinteraksi dalam kehidupan nyata.

Hormon kebahagiaan atau yang sering dikenal dengan sebutan hormon endorfin memiliki peran penting bagi seseorang. Buruknya, kehadiran smartphone telah merusak jalur munculnya hormon ini. 

Dengan aktif menggunakan smartphone, pada hakikatnya anak-anak dan remaja telah membuat koneksi baru di otak. Koneksi ini akan membentuk sebuah habit atau kebiasaan, dimana interaksi dunia maya terasa lebih menyenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun