Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hati-Hati, Jangan Biasakan Anak Memegang Smartphone

3 Februari 2024   11:19 Diperbarui: 3 Februari 2024   11:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
smartphone dan anak | freepik.com

Kemudahan mengasuh anak saat ini menciptakan malapetaka di kemudian hari. Kehadiran smartphone dalam rumah tangga membuat orang tua merasa terbantu, sehingga tanggung jawab mengasuh anak tergerus.

Pernah melihat anak tantrum?

Tantrum terjadi bukan karena tanpa alasan. Bahkan, generasi sekarang semakin buruk dalam hal mengelola emosi. Apakah pernah orang tua bertanya kenapa ini bisa terjadi?

Smartphone ruins your brain

Tanpa kita sadari, kehadiran smartphone memperburuk kerja otak. Orang tua yang dengan sengaja memberi smartphone kepada anak dengan dalih agar anak bisa belajar sejatinya mereka sedang merusak fungsi otak anak.

Otak anak berkembang begitu cepat dari sejak lahir sampai umur tiga tahun. Saat anak memegang smartphone, koneksi dalam otak melambat. 

Loh, kok bisa?

Tontonan yang muncul baik itu dari Youtube, Instagram, atau TikTok tidak didesain untuk memperlancar koneksi dalam otak. Sebaliknya, video dengan algoritma tersebut pada hakikatnya melemahkan fungsi otak.

Para raksasa teknologi meraup untung begitu besar, sementara anak-anak menanggung akibat di masa depan.

Semakin sering anak memegang smartphone, maka semakin buruk kendali emosi. Hal ini terjadi karena reaksi otak yang mengeluarkan hormon endorfin secara berlebihan.

Kenapa anak yang sudah sering memegang smartphone emosinya tidak stabil?

Nah, coba sesekali perhatikan emosi anak yang sering diberi akses smartphone. Mereka condong lebih sulit mengontrol emosi. Otak tidak berkembang dengan baik karena stimulasi smartphone. 

Dengan kata lain, memberi smartphone pada anak adalah pilihan terburuk orang tua untuk mendidik anak. Peran orang tua berinteraksi dengan anak dan mengajak anak berkomunikasi jauh lebih baik untuk menciptakan stimulasi pada otak anak. 

Otak tidak membentuk koneksi tanpa stimulasi. Jurnal terbaik di bidang Psikologi dan Neurologi bahkan mempublikasi hasil penelitian yang mengejutkan.

Ternyata, yang sangat dibutuhkan anak untuk membuat otak berkembang cepat adalah interaksi dan komunikasi. Dua hal ini bisa didapat gratis dari dalam rumah oleh orang tua. 

Sayangnya, banyak orang tua yang semakin kurang berinteraksi serta berkomunikasi dengan anak. Alasan utama karena sibuk bekerja dan juga sibuk dengan smartphone mereka. 

Betapa buruknya pengasuhan dewasa ini karena pengaruh smartphone. Anak-anak semakin sulit mengotrol emosi karena "ulah" orang tuanya. 

Waktu anak terbuang lebih banyak mengakses smartphone berjam-jam setiap hari. Otak yang sejatinya bisa diisi dengan stimulasi aktif bersama orang tua 'hancur' akibat kehadiran smartphone.

Lantas, kenapa orang tua begitu tega membiarkan anak terlelap dengan smartphone? 

Mungkin, hari ini orang tua sudah lupa peran dan tanggung jawab mereka untuk menemani anak. Anak adalah tanggung jawab yang kelak kita pertanggungjawabkan. 

Oleh karenanya,  pahami kembali bahwa tujuan akhir kita tidak hanya di dunia yang fana ini. Tapi, akhiratlah tujuan sebenarnya. Jangan mengorbankan masa depan anak dengan smartphone.

Smartphone tidak membuat anak smart. Orang tua lah yang mampu menstimulasi otak anak dengan aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak setiap hari. 

Buanglah smartphone anda ke tong sampah. Mulailah berinteraksi dengan anak. Lihatlah hasilnya pada emosi anak. Kalau belum yakin, lempar smartphone anda ke tempat yang aman. 

Yuk, perbaiki komunikasi dengan anak dan rasakan dampak positif pada emosi anak. Buang smartphone pada tempatnya!

Sekian!!! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun