Nah, coba sesekali perhatikan emosi anak yang sering diberi akses smartphone. Mereka condong lebih sulit mengontrol emosi. Otak tidak berkembang dengan baik karena stimulasi smartphone.Â
Dengan kata lain, memberi smartphone pada anak adalah pilihan terburuk orang tua untuk mendidik anak. Peran orang tua berinteraksi dengan anak dan mengajak anak berkomunikasi jauh lebih baik untuk menciptakan stimulasi pada otak anak.Â
Otak tidak membentuk koneksi tanpa stimulasi. Jurnal terbaik di bidang Psikologi dan Neurologi bahkan mempublikasi hasil penelitian yang mengejutkan.
Ternyata, yang sangat dibutuhkan anak untuk membuat otak berkembang cepat adalah interaksi dan komunikasi. Dua hal ini bisa didapat gratis dari dalam rumah oleh orang tua.Â
Sayangnya, banyak orang tua yang semakin kurang berinteraksi serta berkomunikasi dengan anak. Alasan utama karena sibuk bekerja dan juga sibuk dengan smartphone mereka.Â
Betapa buruknya pengasuhan dewasa ini karena pengaruh smartphone. Anak-anak semakin sulit mengotrol emosi karena "ulah" orang tuanya.Â
Waktu anak terbuang lebih banyak mengakses smartphone berjam-jam setiap hari. Otak yang sejatinya bisa diisi dengan stimulasi aktif bersama orang tua 'hancur' akibat kehadiran smartphone.
Lantas, kenapa orang tua begitu tega membiarkan anak terlelap dengan smartphone?Â
Mungkin, hari ini orang tua sudah lupa peran dan tanggung jawab mereka untuk menemani anak. Anak adalah tanggung jawab yang kelak kita pertanggungjawabkan.Â
Oleh karenanya, Â pahami kembali bahwa tujuan akhir kita tidak hanya di dunia yang fana ini. Tapi, akhiratlah tujuan sebenarnya. Jangan mengorbankan masa depan anak dengan smartphone.
Smartphone tidak membuat anak smart. Orang tua lah yang mampu menstimulasi otak anak dengan aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak setiap hari.Â