Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Efek Tontonan dan Perubahan Bahasa pada Remaja

25 Januari 2024   23:06 Diperbarui: 26 Januari 2024   14:32 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua tidak lagi merisaukan atau setidaknya dengan penuh kesadaran memperbaiki kesalahan pada penggunaan kata yang kurang etis. 

Jika hal ini terus terjadi, maka language shift akan memperburuk pembendaharaan kata para remaja di masa depan. Bukan hanya itu, aspek media sosial juga secara tidak disadari mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan.

Dalam ilmu Sosiolinguitik, terdapat 7 faktor yang memengaruhi cara seseorang berbicara. Konteks sosial adalah salah satunya, dimana pemilihan kata resmi dan tidak resmi sangat bergantung pada lingkar pertemanan. 

Boleh jadi, para remaja yang rajin menggunakan kata 'anjing' atau 'anjir' menganggap diri diterima pada lingkar pertemanan tempat mereka berkumpul. Sementara, pada komunitas berbeda kedua kata ini dianggap menjijikkan. 

bahasa para remaja|sumber: kalasela.id
bahasa para remaja|sumber: kalasela.id

Penutup

Perubahan pada pemilihan kata oleh remaja di Indonesia sudah pada kondisi yang mengkhawatirkan. Jika semakin banyak para remaja menggunakan kedua kata di atas, maka bukan mustahil kedepannya kata tersebut dianggap pantas pada ranah sosial.

Peran orang tua untuk mencontohkan bahasa yang layak perlu dikuatkan kembali. Kalau orang tua semakin tidak perduli dengan penggunaan kata-kata baru yang condong negatif, perubahan kosakata di tingkat remaja semakin sulit dibendung. 

Oleh sebab itu, orang tua perlu memperhatikan tontonan anak ketika mereka berselancar di dunia maya. Dengan begitu, kata-kata yang tidak layak atau mengandung makna negatif lebih mudah difilter sebelum menyebar dalam komunitas pertemanan remaja. 

Saya sudah sering sekali mendengar penggunaan dua kata di atas di tempat berbeda. Yang lebih menyedihkan lagi, anak remaja yang sering menggunakan kata-kata ini seakan tidak merasa malu dan lantang mengucapkan di tempat para orang tua.

Hal ini menunjukkan betapa bergeserkan nilai sosial yang dianut oleh masyarakat saat ini. Mungkin hal ini mustahil terjadi pada era 80-90 an dimana masyarakat masih sangat peduli pada aspek sopan santun ketika berbicara di ranah publik.

Lantas, apakah hari ini orang dewasa tidak lagi merasa bertanggung jawab akan buruknya pola komunikasi remaja? atau mungkin masyarakat merasa tidak perlu untuk menegur? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun