Saat itu, Hidalgo, wali kota Paris mengeluarkan pernyataan sebagai berikut "Once we learn the costs of this destruction, I think everyone will be stunned at how huge it will be."
Ia menekankan bahwa kerusakan dari gerakan rompi kuning sangat besar. Akibat demo besar tersebut, truk pengangkut minyak tidak bisa menyuplai minyak ke pom bensin.Â
Akibatnya, mereka kehilangan 400 juta Euro dalam sekejap. 75 pom bensin kering karena pasokan minyak terhenti total. Sebuah kerugian yang tidak sedikit tentunya!
Nah, apakah ada kaitannya demo rompi kuning dengan frasa greenflation?
Greenflation pada dasarnya terdiri dari dua kata, yakni Green dan Inflation.Â
"Greenflation refers to a rise in prices of raw materials and energy as a result of the green transition." [sumber: 1]
Singkatnya, greenflation adalah naiknya harga bahan dasar dan energi karena transisi ke sumber energi yang ramah lingkungan. Istilah keren lainnya adalah carbon-free technologies.
Jadi, demo rompi kuning dan greenflation adalah dua hal berbeda. Yang satunya terjadi karena rencana kenaikan harga minyak di Prancis, sementara greenflation lebih kepada kenaikan harga bahan dasar karena transisi energi.Â
Mengenai pertanyaan saudara Gibran kepada Profesor Mahmud, jelas menunjukkan ketidakpahamannya akan kedua istilah ini. Esensi dari pertanyaan yang diajukan pada akhirnya mempermalukan dirinya sendiri.
Apakah Indonesia mungkin mengalami nasib yang sama seperti Prancis dengan gerakan rompi kuning? saya rasa tidak! kultur masyarakat Prancis dan Indonesia jauh berbeda.Â
Kalaupun mungkin terjadi, frasa yang digunakan mungkin bukan rompi kuning. Ya kan?
Begitupula dengan greenflation, boleh jadi istilahnya menjadi lain. Transisi energi membutuhkan waktu lebih lama. Mobil-mobil listrik yang kini mulai memenuhi jalanan boleh jadi awal dari transisi energi ramah lingkungan.