Ganjar memilih untuk memperketat pengawalan laut dengan alutsista buatan dalam negeri. Anggaran pertahanan bisa diperkecil dengan alokasi dana lebih tepat sasaran.
Globalisasi Budaya
Pertumbuhan ekonomi melalui budaya belum maksimal. Upaya pemerintah untuk mengenalkan budaya Indonesia ke seluruh dunia belum cukup memperbaiki keadaan APBN Indonesia.Â
Ganjar menawarkan ide Viralisme sebagai senjata untuk mendorong budaya Indonesia secara masif. Duta besar harus didorong untuk menfasilitasi segala hal berkaitan dengan budaya.Â
Anies memberi gagasan untuk membangun rumah budaya di setiap negara, termasuk kafe, restauran  dan rumah kuliner yang jumlahnya harus ditingkatkan/diperbanyak.Â
Prabowo menekankan ketersediaan dana, ia berpendapat bahwa membangun harus punya dana cukup secara neraca perdagangan. Disini, Prabowo memaparkan ide hilirisasi, penghematan dan penguatan pajak.Â
Sangat disayangkan, Prabowo tidak memberi gagasan berupa cara dan mekanisme menduniakan budaya Indonesia. Jawabannya tidak mengarah pada solusi tapi lebih pada kondisi.Â
Dari ketiganya, kita belajar kata-kata mana yang lebih bermakna. Ide boleh beda, tapi cara eksekusi harus pasti. Ide Anies cukup masuk akal untuk membangun budaya secara sustainable dalam jangka waktu puluhan tahun kedepan.
Ide viralisme bagus. Namun demikian, setiap gagasan harus juga mempertimbangkan sejauh mana akan bertahan. Harus diakui, menviralkan sesuatu tidak bertahan lama dan tidak memberi solusi aplikatif.Â
Berbicara budaya secara global, Indonesia membutuhkan capres yang lebih visioner secara implementasi ide dan melibatkan orang-orang sefrekuensi. Bukan sebatas memaparkan ide, lalu hilang dalam janji masa lalu.Â
Singkatnya, debat capres ketiga sudah cukup memberi gambaran siapa yang lebih menguasai topik dan layak untuk memimpin. Kata-kata tidak sama seperti janji yang bisa direkayasa atau dipersiapkan oleh masa, kata-kata dan frasa memberi gambaran perasaan dan yang lebih penting tidak baperan.