Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kenapa Amerika Mulai Membangun Pabrik Semikonduktor di Dalam Negeri?

9 Desember 2023   10:58 Diperbarui: 9 Desember 2023   12:15 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang dingin teknologi antara Asia dan Amerika sepertinya terus meningkat. Amerika saat ini sedang membangun pabrik yang kedepannya mampu menyuplai kebutuhan akan chip untuk keperluan dalam negeri mereka.

Amerika sejatinya masih sangat bergantung pada semikonduktor buatan Asia, setidaknya sampai 80% chip masih di impor ke Amerika dari Asia. Namun, ketergantungan akan chip buatan Asia membuat Amerika khawatir akan sisi keamanan di masa depan.

Biden memberi subsidi bagi perusahaan yang mau membangun perusahaannya di Amerika. Kedepannya, made in China akan berganti dengan made in America. Begitulah ambisi Amerika untuk membangun kekuatan teknologi demi keamanan dan juga faktor ekonomi. 

Amerika memang sangat khawatir akan keberhasilan Asia dalam hal semikonduktor. pertumbuhan perusahaan semikonduktor di Taiwan dan Cina tidak hanya membuat Amerika resah, namun juga ketakutan Cina memimpin dunia pada 2030.

 Grafik pabrikan chip dunia. Sumber The Wall Street Journal.
 Grafik pabrikan chip dunia. Sumber The Wall Street Journal.

Hal ini menjadi satu dari sekian alasan kenapa pemerintahan Biden mengeluncurkan anggaran $20 juta dolar untuk membangun perusahaan chip di negara bagian Ohio. Tidak hanya itu, Samsung juga membangun perusahaannya di negara bagian Texas.

Pemerintah setempat memberi subsidi yang lumayan besar, sehingga diprediksi ada dua ribu lowongan pekerjaan terbuka lebar bagi penduduk setempat. Amerika mungkin saja sedang berpikir keras bagaimana menyalip Asia yang saat ini berada di puncak pemasok chip dunia.

Kebutuhan chip jelas sangat besar. Dunia saat ini kekurangan chip dan mengakibatkan industri kalangkabut. Taiwan adalah pemasok chip terbesar melalui Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang berpusat di Hsincu.

Pemasok semikonduktor.Sumber :www.cnbc.com
Pemasok semikonduktor.Sumber :www.cnbc.com
Sebagaimana terlihat pada diagram diatas, TSMC menjadi pemain terunggul pemasok semikonduktor dunia, sementara Samsung juga sangat diperhitungkan dalam hal pemenuhan kebutuhan chip.

Sejak Covid 2019, kebutuhan akan chip meningkat drastis. Akibatnya,  lebih dari 100 industri dunia mengalami kekurangan pasokan chip. Asia menjadi pemasok utama kebutuhan chip di berbagai perangkat elektronik, terutama smartphone. 

Jelas saja Amerika sangat berambisi untuk memotong mata rantai pasokan chip dari Asia. Bahkan, kebijakan Amerika tentang UU Chip mempersempit ruang gerak kerjasama teknologi dengan Cina. Keuntungan akan penjualan chip pada tahun 2020 mencapai $85 milyar dolar. Bukankah sebuah angka fantastis bagi perekonomian negara?

Cina tentu tidak tinggal diam. Kemampuan Cina berinovasi dan mengelontorkan uang jutaan dolar untuk penelitian membuahkan hasil yang mencengangkan dunia. 

Artikel yang dipublikasi oleh New York Times berjudul "De-Americanize': How China Is Remaking Its Chip Business" memberi gambaran akan keseriusan Cina untuk memimpin dunia dengan teknologi mutakhir. 

Sejak Oktober, perusahaan Amerika tidak lagi mengeluarkan dana untuk perusahaan pembuat chip asal Cina, terutama yang berafiliasi dengan Huawei. Amerika mulai khawatir akan campur tangan Cina dalam hal Chip yang bisa berdampak negatif pada keamanan Amerika. 

Cina juga berambisi untuk menggantikan semua chip buatan barat dengan produk lokal. Sebut saja mobil listrik yang bergantung pada chip buatan barat. Kedepannya, Cina akan memproduksi mobil dengan chip buatan sendiri. 

Gerak cepat Cina untuk menghilangkan ketergantungan akan teknologi barat menjadikan mereka berkembang pesat dari tahun ke tahun. Keuntungan besar dari penjualan chip untuk memenuhi kebutuhan dunia secara tidak langsung memicu perang dingin antara barat dan timur. 

Amerika pastinya ingin selalu terdepan dalam segala hal. Hal yang paling ditakuti Amerika adalah kemajuan teknologi Cina yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir. Jika Amerika tidak mengejar cepat, maka mereka akan jauh tertinggal di belakang.

Investasi besar-besaran untuk terus memimpin dunia menjadikan Amerika gelap mata. Pembangunan pabrik semikonduktor di dalam negeri mungkin saja satu kebutuhan dalam balutan ambisi. Sementara hutang Amerika terus membumbung tinggi melewati ambang batas.

Pertanyaannya, akankah Amerika mampu menyaingi Asia, khususnya Cina? lalu, jika pabrikan semikonduktor Amerika berhasil menyuplai kebutuhan chip dunia, siapakah yang paling diuntungkan?

Tanpa kita sadari, smartphone yang kita pakai didalamnya terdapat chip buatan luar. Informasi-informasi penting sangat mudah diretas kapan saja. 

Pertanyaan selanjutnya,  Sudahkah Indonesia berpikir cerdas untuk membangun perusahaan semikonduktor buatan sendiri demi keamanan negara? atau kita masih sibuk berperang adu argumen di media sosial saat negara lain sudah lama berpikir untuk memproteksi keamanan warganya.

Referensi bacaan:

'De-Americanize': How China Is Remaking Its Chip Business [1]

2 charts show how much the world depends on Taiwan for semiconductors [2]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun