Kondisi serupa juga mungkin terjadi pada sistem Project-based dimana siswa disatukan dalam satu grup kemudian bekerjasama. Pada kenyataannya, siswa yang aktif hanya mereka yang pandai saja.
Sedangkan siswa pemalu atau pendiam tidak banyak belajar. Jadinya, siswa pandai menjadi korban karena siswa yang lainnya hanya menumpang nama saja dalam grup. Ketika diberikan nilai, siswa yang tidak aktif jelas merasa diuntungkan.
Secara teori, sistem belajar dengan project-based itu memang berguna. Murid bisa belajar bersama dan memupuk critical thinking. Tapi ketika praktik di lapangan, banyak indikator lain yang juga perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Tidak sampai disini saja, banyak sekolah yang harus menurunkan standar nilai untuk menutupi aib karena nilai siswa tidak mencapai target. Artinya, kebebasan untuk menjalankan pendidikan pada sekolah terkadang membawa dampak negatif.
Sekolah juga kadangkala tertekan dengan nilai-nilai yang harus dicapai. Kepala sekolah bisa merasa malu ketika banyak siswa tidak mencapai nilai minimum. Atau bahkan ada yang takut dipecat atau dimutasi ke sekolah pelosok.
Intinya, sinkronisasi antara teori, jenis pelatihan dan keberagaman kondisi guru dan siswa di lapangan jelas diperlukan. Buat apa pelatihan ini dan itu menghabiskan anggaran yang tidak sedikit hanya mendapatkan sertifikat untuk naik pangkat.
Teori pendidikan versi barat tidak sepenuhnya bisa diterapkan dengan kompleksitas permasalahan pendidikan di berbagai provinsi di Indonesia. Walaupun secara umum bermanfaat, tapi belum tentu aplikatif di semua sekolah.
Guru vs Orang tua
Melibatkan orang tua dalam pendidikan jelas sangat bermanfaat. Lagi-lagi, secara teori sangat baik, tapi apakah bisa diterapkan di semua sekolah di Di indonesia?
Coba perhatikan latar belakang siswa di sekolah-sekolah di kota dan desa. Berapa % orang tua yang mau aktif datang ke sekolah untuk ikut rapat jika diadakan di sekolah?
Melibatkan orang tua dalam pendidikan harus disertakan dengan blueprint yang jelas. Misalnya, jenis keterlibatan apa, berapa banyak waktu yang perlu disiapkan dan objektif dari keterlibatan orang tua.Â
Dalam konteks sekolah di kota, para orang tua mungkin saja sibuk bekerja. kegiatan sejenis rapat, penampilan siswa atau agenda sekolah lainnya perlu dipetakan untuk menyesuaikan dengan latar belakang orang tua murid di sekolah.