Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Lontong Sayur Medan, Lima Cabang Baru dalam Dua Tahun

10 November 2023   09:29 Diperbarui: 10 November 2023   10:00 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diwana coffee. Dokpri

"Bang, apa kabar udah lama gak jumpa?"

Saya menyapa seseorang yang pernah saya ajak ngobrol sekitar 1-2 tahun yang lalu. Ingatan saya kembali ke sebuah warung kopi dan satu gerobak lontong sayur khas medan.

Saat itu, saya mengajak ngobrol beliau yang namanya tidak begitu kekal di ingatan. Ketika tanpa sengaja saya bertanya apakah beliau juga menjual lontong yang cocok di lidah ini di kawasan berbeda, katanya ada 2-3 cabang yang sedang berkembang.

Beberapa kali saya juga mampir ke warung kopi yang kebetulan berjarak beberapa menit dari rumah, saya juga sempat bertemu langsung dengan beliau yang kebetulan sedang mengawasi penjual yang sudah direkrutnya. 

Rasa lontong racikannya memang berbeda dari lontong kebanyakan yang sudah saya rasa. Selain lebih soft rasa kuahnya dengan kadar santan yang pas, bumbu tambahan yang menghiasi piring juga begitu menggugah selera.

Masalah rasa relatif stabil. Saya sudah mencoba di dua area berbeda dan memang PAS. Tidak heran, peminatnya harus rela antri untuk mencicipi sepiring lontong. 

Pagi ini di tempat berbeda, berdekatan dengan tempat saya bekerja, tanpa sengaja saya melihat beliau sedang duduk dan langsung menyapanya.

Ternyata beliau masih mengigat saya walaupun sudah dua tahun tidak pernah berjumpa. Dimana pun rak lontongnya berada, pengunjung pasti rame. 

Satu hal yang tidak pernah berubah adalah rasa. Rahasia usaha kuliner memang selalu terletak pada rasa yang harus dijaga. Kali ini saya tidak memesan lontong, melainkan sepiring nasi dengan lauk sepotong ikan.

Ya, beliau juga menjual nasi dengan pernak pernik lauk tambahan yang berbeda dari kebanyakan penjual nasi lainnya. Itu juga satu keunggulan beliau. 

"Berapa udah cabangnya, bang?" saya bertanya lebh lanjut.

"ya, sekarang sudah 8"

Wow, dalam dua tahun beliau bisa melebarkan sayap ke tempat-tempat strategis. Dari beberapa cabang yang saya tahu dan sebagaimana penuturan beliau, tempat-tempat beliau berjualan memang di warung kopi ternama di kota Banda Aceh.

Lagi-lagi, strategi bisnis yang keren. Beliau bisa menjaga rasa makanan relatif stabil, memilih lokasi berjualan yang selalu ramai pengunjung, dan aktif mengawasi pekerja saat membuka cabang baru.

Tiga hal ini menjadi kunci penting sebuah bisnis, terlebih bisnis kuliner. Ketika saya bertanya bagaimana keadaan cabang satunya lagi yang sudah berumur satu tahunan lebih.

"udah saya lepas, bang. mereka sudah terlatih" ujar beliau.

"Wah, mantap, bang." Kata saya ke beliau.

Lontong sayur medan|dokpri
Lontong sayur medan|dokpri

 Di tempat baru ini, beliau masih mengawasi dua pengawainya. Cabang ini baru berumur tiga bulan. Sangat wajar jika harus dikontrol sebelum sepenuhnya dilepas alias autopilot.

Kalau melihat ekspansi bisnis yang dilakukan beliau, kemungkinan besar satu tahun kedepan jumlah cabang lontong sayur bisa mencapai  angka 20.

Dulunya, beliau berjualan saling bergantian dengan istri. Kadang-kadang anak laki-laki terlihat ikut membantunya. Kini, keadaan sudah jauh lebih terkontrol. Semua cabang sudah autopilot, kecuali yang satu ini yang masih tergolong baru. 

Segelas kopi dan sepiring nasi gurih sudah saya habiskan. Saatnya saya menuju ruang kelas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun