Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Makan Bersama Keluarga Begitu Penting?

16 Oktober 2023   17:53 Diperbarui: 16 Oktober 2023   19:54 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan bersama keluarga|freepik.com

Kesehatan adalah hal yang mahal untuk didapat saat ini. Resiko mengidap penyakit berbahaya seperti diabetes, jantung koroner, dan obesitas semakin meninggi setiap tahunnya.

Setelah mendengar podcast tentang kesehatan berjudul A Simple Way To Fix Your Diet & Lifestyle To Live Longer & Healthier dengan pemateri Shawn Stevenson, saya semakin menyadari betapa kurangnya pemahaman kebanyakan kita tentang makanan sehat. 

Menurut Shawn, pola makan sehat dimulai dari kebiasaan keluarga makan bersama di rumah. Namun, tanpa memahami nilai kesehatan dengan benar, makanan yang dikonsumsi malah membawa dampak buruk bagi kesehatan keluarga.

Makanan dan minuman yang dijual dimana saja saat ini mengandung gula yang tanpa kita sadari membawa dampak negatif bagi tubuh. Mungkin, kita tidak menyadari betapa minuman botol yang dikonsumsi anak-anak kita dalam waktu panjang melemahkan fungsi organ tubuh mereka dan menjadikan sarang penyakit yang sulit disembuhkan.

Shawn sendiri tumbuh besar di Missouri, Kansas, Amerika Serikat. Pemahaman tentang makanan sehat baru ia dapat saat menjalani pendidikan tentang nutrisi. Kawasan tempat ia tinggal sama sekali tidak mengajarkannya tentang makna hidup sehat.

Selain itu, makanan dan minuman cepat saji yang berjarak beberapa kilometer dari rumahnya menjadi sumber kebiasaan makan tidak sehat. Ditambah dengan minimnya waktu bersama dalam keluarga.

Dalam beberapa studi terkini, Shawn membeberkan bahwa rata-rata anak-anak di Amerika sangat mudah terjangkiti obesitas karena faktor makanan cepat saji yang semakin mudah didapat.

Setidaknya, ada tiga kunci penting untuk mengubah kebiasaan makan yang mungkin saja selama ini telah salah kita pahami. Mari kita bahas dibawah ini:

1. Pahami Nilai Kesehatan

Tanpa memahami makna kesehatan dengan, maka sulit sekali melahirkan kebiasaan makan sehat. Dalam aspek terkecil, keluarga menjadi bagian yang paling penting untuk mengenalkan pola makan yang sehat pada anak. 

Penggunaan plastik yang kian marak di pasaran juga memperburuk keadaan. Makanan panas yang baru masak dituangkan ke plastik menyebabkan aktifnya zat kimia yang bisa membahayakan tubuh. 

Tendengar sederhana bukan? tapi para pakar kesehatan sudah lama mengingatkan tentang ini. Efek buruk pada tubuh mungkin saja tidak datang langsung, namun akumulasi dari partikel berbahaya yang masuk ke tubuh akan dengan sendirinya menyebabkan penyakit berbahaya.

Sebut saja kanker yang dulunya bukan sesuatu yang ditakutkan. Apa yang terjadi pada generasi sekarang jauh lebih sulit disembuhkan jika dibandingkan generasi 30 tahun yang lalu. 

Pemakaian pestisida pada ragam tumbuhan juga menjadi sumber penyakit pada tubuh. Jika hanya sekedar mengkonsumsi makanan tanpa benar-benar paham fungsi organ dengan benar, maka kita hanya menumpuk sampah atau racun setiap harinya dalam tubuh.

Seorang ibu sudah seharusnya menjadi pelopor makanan sehat dalam rumah. Dengan memasak di rumah, anggota keluarga bisa terjaga dari konsumsi makanan yang tidak sehat.

Begitu juga dengan seorang ayah. Makanan dan minuman yang dibawa pulang hendaknya tidak membahayakan keluarga. Jajanan kecil bergula yang diberikan ke anak terus menerus akan menjadi kebiasaan dan memberi pemahaman yang salah tentang arti hidup sehat.

Hidup sehat itu tidak mahal. itu BENAR! tapi perlu diingat, tanpa memahami makna kesehatan, harga sehat bisa jadi mahal. Coba bayangkan berapa uang yang harus dikeluarga untuk cuci darah ketika pankreas tidak lagi bekerja aktif?

Oleh karenanya, kesadaran akan hidup sehat adalah sesuatu yang wajib diwarisi oleh setiap keluarga. Suami dan istri perlu sama-sama membangun pemamahan tentang jenis makanan yang membawa dampak baik bagi organ tubuh dan mana yang membahayakan tubuh. 

2. Hidupkan Dapur

Saat kedua orangtua sudah membangun pemahaman dan kesadaran yang sama, maka tahap kedua adalah menghidupkan dapur lebih sering. 

Esensi makan bersama bukan hanya sekedar duduk bersama menikmati makanan. Lebih dari itu, ada nilai-nilai berharga yang diwariskan dari kebiasaan makan bersama dalam keluarga.

Orangtua juga perlu melibatkan anak untuk sama-sama mengolah makanan. Dengan cara ini, anak akan belajar skil memasak dan secara tidak langsung mempelajari makna makanan sehat yang tidak didapatnya dari restauran cepat saji manapun. 

Berbicara tentang skil memasak, ini tidak terfokus hanya pada anak perempuan. Anak laki-laki juga perlu mewarisi skil memegang perkakas dapur sejak kecil. Sehingga, ketika mereka besar nantinya, berada di dapur untuk memasak bukan sesuatu yang aneh lagi. 

Bukankah banyak anak laki-laki yang merasa malu ketika harus cuci piring ? apalagi ketika harus memasak. Padahal, dalam keluarga skil memasak jelas perlu dikuasai baik anak laki-laki atau perempuan.

Ketika suatu saat terdesar, kebiasaan memasak yang diwarisi menjadi senjata penyelamat. Saat istri sakit, siapa yang kemudian diandalkan untuk memasak? apakah harus selalu memesan makanan di luar?

Nah, menghidupkan tradisi makan bersama jelas sesuatu yang bermanfaat. Anak bisa lebih dekat bersama keluarga dan komunikasi akan terjalin aktif di meja makan. Syaratnya, matikan HP! no phone while eating.

3. Ajak Anak Belanja Bersama

Ayah dan ibu, seberapa seringkah anda mengajak anak berbelanja ke pasar? mungkin jawabannya SANGAT JARANG!. padahal, mengajak anak belanja ke pasar tradisional memberi pelajaran berharga bagi mereka yang akan diingat seumur hidupnya.

Di pasar, anak bisa diajak untuk mengenal sayur-sayuran yang menyehatkan tubuh dan mengetahui harga masing-masing sayuran. Jadi, anak sedari kecil sudah perlahan memahami 'harga' hidup sehat.

Jelas ini bukan hal mudah! orangtua mungkin tidak mau repot dan terlihat ribet. Namun, hidup sehat memang perlu diajarkan dari kebiasaan yang positif dengan berinteraksi langsung mengenalkan sayuran, buah-buahan dan bumbu masak.

Terdengar simpel, bukan?

Kembali pada pertanyaan awal, berapa banyak orangtua yang mau melibatkan anak ketika berbelanja. Saya sendiri ketika ke pasar tradisional, yang sering terlihat adalah kaum emak-emak saja, hanya sebagian kecil saja kaum pria yang tertarik ke pasar. 

Bagaimana dengan pemandangan orangtua berbelanja bersama anak? jika pun ada, persentasenya sangat-sangat KECIL. Ini menggambarkan bagaimana pola hidup sehat yang boleh jadi tidak lagi terwariskan kepada anak pada banyak keluarga. 

Akhir Kata

Sebagai penutup tulisan ini, saya mengajak para orangtua untuk lebih sering menghidupkan dapur dan mengajarkan anak tentang nilai kesehatan.

Libatkan anak ketika di dapur agar mereka paham cara memproses makanan. Ketika makan, biasakan untuk tidak memegang smartphone. Orangtua harus terlebih dahulu memberi contoh agar anak meniru. 

Walaupun anak masih dibawah lima tahun, ketahuilah bahwa mereka sejatinya peniru ulung yang setiap detiknya belajar dari apa yang terlihat dan terdengar. 

Pembiasaan makan di rumah bukan hanya dapat mencegah munculnya penyakit yang tidak diharapkan di masa depan, terlebih penting lagi ada cerita-cerita yang akan selalu diingat anak dari meja makan atau kisah memotong sayur yang akan dituliskan oleh mereka suatu saat.

Kesehatan tidak membutuhkan biaya mahal, tapi membutuhkan kesadaran penuh dalam usaha untuk hidup lebih sehat setiap harinya. Meja makan akan menjadi saksi dan menghidupkan memori masa kecil anak bersama orangtua.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun