Terlebih, ketika makanan dan minuman seperti ini menumpuk dan memberatkan kerja organ lain secara bersamaan. Lalu, dengan gaya hidup malas bergerak dan aktif di depan layar komputer, lemak yang seharusnya bisa dihilangkan lewat olahraga malah menjadi sumber penyakit.
Makanya, penyakit diabetes begitu mudah menyerang mereka yang berumur belia bersebab pola hidup yang tidak memahami efek makanan dan minuman tidak sehat bagi tubuh.Â
Tidak hanya itu, orangtua yang terbiasa dengan konsumsi makanan cepat saji atau jenis daging-dagingan yang diproses ditambah kebiasan mengonsumsi minuman manis, telah menjadi agen sedentary lifestyle.
Di Jepang, jauh sebelum masuknya makanan cepat saji dari barat, pola hidup mereka sangat sehat. Sayangnya, kehadiran fast food menyebabkan bukan hanya kesehatan yang memburuk, namun juga etika makan yang bergeser.Â
Dalam sebuah artikel berjudul Health fears as Japan falls for fast food [baca di sini] dipublikasikan oleh Guardian tahun 2007, anak-anak yang umurnya 9 tahun sudah mulai terjangkiti diabetes tipe 2. Dulunya penduduk Jepang tidak pernah mendapati kasus serupa.
The fast-food industry is enjoying unprecedented success in Japan
Jepang tentu saja bukan satu-satunya negara yang dirugikan karena kehadiran industri makanan cepat saji asal barat. Secara ekonomi, keuntungan perusahaan yang menaungi makanan cepat saji begitu besar.
Kenapa makanan cepat saji sangat mudah menggait pengunjung? GULA!Â
Coba perhatikan betapa manisnya minuman yang bisa dipesan di gerai-gerai makanan cepat saji. Donut, es krim, minuman dengan toping es krim jelas sangat menggoda.
Parahnya lagi, kebiasaan makan yang tidak terkontrol dengan pergerakan sangat minim membuat tubuh dua kali lebih rentan terhadap ragam jenis penyakit.
Pada kenyataannya, manusia perlu banyak bergerak untuk menjaga kemampuan tubuh agar mampu mengeliminasi segala jenis racun yang berasal dari makanan atau minuman. Terlebih, akses pada buah-buahan dan sayuran yang terkontaminasi zat kimia berbahaya tidak mudah dihindari.Â
Sedentary lifestyle juga berefek pada berkurangnya kemampuan konsentrasi akibat berkurangnya jatah istirahat. Pola kerja yang seringkali tidak mengenal waktu mengubah jam tidur yang juga memperburuk kerja organ vital tubuh.Â