Menjadi produktif di era digital bukanlah hal mudah. Akses informasi yang berlimpah membuat orang lebih mudah terperangkap dalam penjara informasi yang tidak dibutuhkan.
Sebelum teknologi menjadi bagian hidup layaknya saat ini, kemampuan fokus manusia masih berada pada level yang wajar. Hal ini sangat masuk akal karena otak belum dibanjiri informasi yang tidak relevan.
Bandingkan dengan kondisi dewasa ini, sejak bangun tidur kita sudah 'dijajah' oleh hape pintar yang pada kenyataannya melemahkan fungsi otak.Â
Fenomena berlimpahnya informasi memberi efek negatif bagi otak manusia. Konsekuensinya, kita kehilangan kemampuan fokus dan secara tidak langsung berefek pada produktivitas kerja.
Memang sepintas kita melihat banyak pekerjaan yang sudah semakin mudah dilakukan berkat teknologi. Pada saat bersamaan, generasi sekarang begitu mudah terperangkap dalam jaring informasi tanpa batas.Â
Media sosial sebagai contoh, penggunaan algoritma dapat membaca kepribadian seseorang. Tidak heran, informasi yang pada awalnya hanya kebetulan akan hadir terus menerus menembus pikiran bawah sadar.
Perhatikan bagaimana pola video yang diputar pada fitur short atau video pendek Instagram berbentul reel. Seseorang dapat dengan mudah memutar puluhan vidio yang hadir memuaskan sisi psikologis.Â
Sekejap waktu berlalu, satu, dua, dan tiga jam tidak terasa karena kemudahan mengakses informasi yang sejatinya tidak kita butuhkan. Kalau dalam satu hari ada tiga jam berlalu sia-sia, maka dalam sebulan kita sudah membuang 90 jam. Bukankah itu bermakna paling sedikit empat hari.
Jangan heran kenapa banyak hal tidak dapat kita selesaikan. Waktu yang kita punya tetap sama, yaitu 24 jam. Namun, hasil yang kita terima pada hakikatnya semakin berkurang.
Semakin banyak distraksi yang melintang, maka semakin sedikit waktu yang mampu kita pergunakan pada hal yang produktif. Dalam konteks pekerjaan, banyak pekerja yang kini malah tidak lagi fokus pada pekerjaannya karena kecendrungan mengakses informasi yang berasal dari media sosial.Â