Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengenal The Age of Reason dalam Perkembangan Emosional Anak

11 September 2023   17:50 Diperbarui: 11 September 2023   18:12 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The age of reason | freepik.com

Kejujuran adalah nilai yang begitu mahal saat ini. Jika dulunya anak-anak mudah mewarisi nilai kejujuran dari orang tua, namun tidak pada kondisi berlimpahnya informasi melalui media sosial.

Berapa harga nilai kejujuran? sungguh tidak bisa diukur!

Hampir semua permasalahan di dunia ini bermula dari ketidakjujuran. Mereka yang tidak jujur bekerja secara tidak sadar mengambil hak yang bukan milikinya dan menyebarkan masalah pada orang lain.

Kenapa keamanan begitu mahal harganya ? jawaban paling simpel adalah karena berkurangnya populasi orang jujur di dunia ini. Coba bayangkan jika  setiap orang benar-benar berlaku jujur, betapa murah tata kelola dan amannya dunia ini?

Pencurian, perampokan, penculikan, dan ragam tindak riminal bermula dari hilangnya nilai kejujuran. Mungkin saat ini orang tua tidak lagi meletakkan nilai kejujuran sebagai pelajaran utama yang wajib diwarisi ke anak.

Anak Melihat dan Meniru

Dalam keluarga, seorang ayah sudah seharusnya memiliki kurikulum yang diperlihatkan melalui kebiasaan. Seringkali, orang tua tidak menyadari betapa perkataan dan cara mereka berkomunikasi menjadi penyebab utama lunturnya nilai kejujuran dalam lingkup keluarga.

Contoh paling sederhana adalah betapa mudahnya orang tua berjanji sesuatu pada anak dengan harapan anak bisa diam atau tidak rewel. Setelah anak menuruti perintah orang tua, maka ucapan berupa janji hilang layaknya uap di udara.

Pada konteks lainnya, ketika orang tua bekerja atau meninggalkan rumah, seorang ayah atau ibu bisajadi tidak berkata jujur pada anak dengan tujuan agar anak tidak ikut serta. Cara ini mengajarkan ketidakjujuran pada anak!

Dengan cara ini anak menangkap pesan yang dianggapnya benar. Padahal, kebiasaan orang tua seperti ini mengarahkan pada pemahaman yang buruk pada anak sebagai nilai yang dibawa di kemudian hari saat dewasa.

Tidak heran, anak-anak kemudian meniru cara komunikasi orang tua dan menjadikannya sebuah konsep dalam hidup. Sejatinya, pada periode 1-5 tahun anak sepatutnya melihat hal-hal positif dari orang tua mereka, baik dari perkataan, perbuatan dan kelakuan. 

Sebagaimana kita ketahui, filter pada anak belum terbentuk sampai mereka berada di fase umur tujuh tahun. Ini bermakna, apa yang mereka lihat dan dengar selama enam tahun sejak lahir menjadi database yang melekat seuumur hidup.

Dalam konsep parenting, ada istilah the age of reason yang merujuk pada perkembangan cognitive anak. Pada umur tujuh tahun anak mulai perlahan memakai rasional untuk sesuatu yang melibatkan emosional.

Secara simpelnya, pada tahap ini seorang anak akan mulai mengenal konsep baik dan buruk dengan memakai kemampuan rasionalnya sering kemampuan otak meningkat.

Makanya, ada istilah golden age yang sebenarnya gampang dipahami sebagai momen pembentukan database di otak anak. Intinya, selama fase 1-7 tahun, seorang anak tanpa kita sadari merekam apapun yang mereka lihat dan menyimpannya sebagai memori jangka panjang yang sulit dihapus. 

Dengan kata lain, jika apa yang dilihat anak benar maka benarlah database yang disimpan mereka, sebaliknya jika apa yang dilihat mereka salah sudah barang pasti database yang mereka simpan akan mengarahkan mereka pada hal negatif. 

Perhatikan betapa bebasnya anak-anak memegang smartphone di umur yang masih sangat belia, lalu mereka merekam yang dilihat pada bagian hippocampus di otak mereka tanpa pengawasan orang tua. 

Bukan hanya itu, efek yang dilihat anak melalui smartphone membentuk database yang sama sekali tidak dipahami mereka. Memang sekilas anak terlihat bahagia saja, namun efek jangka panjang akan terlihat ketika mereka masuk pada fase umur kedua setelah tujuh tahun.

Kehadiran orang tua semestinya mengajarkan nilai-nilai yang baik pada anak. Mengajak anak mengenali emosi mereka dan mengarahkan serta memandu anak untuk bisa memahami mana yang baik dan buruk adalah tugas orang tua.

Pada kenyataannya, dewasa ini anak semakin sulit membedakan hal baik dan buruk karena faktor 'ketidakhadiran' orang tua sepenuhnya dalam mendidik anak dalam rumah. 

Walaupun orang tua secara fisik berada di rumah, tapi membiarkan anak tenggelam dalam dunianya sendiri adalah sebuah kesengajaan yang buruk. 

Anak membutuhkan orang tua untuk mengajari mereka hal-hal yang belum mampu dipahami secara logika. Khususnya pada tahap awal di fase 1-7 tahun, perilaku orang tua menjadi pelajaran berharga bagi anak. 

Cara berkomunikasi dan berinteraksi menjadi cermin yang memantulkan cahaya pada diri anak. Dengan kata lain, anak menyerap cahaya dari kebiasaan yang diperlihatkan oleh orang tua dalam rumah. 

Terlebih, berlaku jujur pada anak dalam keadaan apapun semestinya menjadi kebiasaan yang seharusnya dilihat anak. Nilai kejujuran bukanlah pelajaran yang dapat dipelajari anak dari sekolah.

Nilai kejujuran sebaiknya didapat anak dari contoh-contoh baik yang diperlihatkan ayah dan ibu dari cara berkomunikasi dan berinteraksi bersama anak. 

Ketika anak sudah memasuki fase the age of reason, mereka sudah mampu memakai nalarnya dengan benar dengan contoh baik yang dilihat dalam rumah dari orang tua. 

Read more : A Milestone Developmental Stage: The Age of Reason

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun