Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

El Nino, Smart Farming, dan Ketahanan Pangan

10 September 2023   14:06 Diperbarui: 11 September 2023   10:10 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
smart farming|freepik.com

Dalam dua bulan ini, efek kekeringan mulai berefek pada ketidakstabilan harga pangan. Harga beras yang dulunya masih stabil, kini sudah mulai mendekati angka yang merisaukan.

Beras 15 kg saat ini sudah dihargai 200 ribu rupiah dan akan terus naik. Efek El Nino memang mulai menjangkiti harga pangan di pasar tradisional. 

Kekeringan yang diprediksi disebabkan oleh pemanasan global membuat lahan pertanian semakin tidak produktif. Alhasil, kenaikan harga tidak bisa dihindari.

Kebijakan Pemerintah

Sejauh ini, pemerintah belum terlihat serius untuk menanggapi El nino. Padahal, antisipasi sudah harus dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan yang bisa menekan laju kekeringan pada sektor pertanian.

Kebijakan dari pemerintah dimulai dari hal-hal sederhana seharusnya dapat membuat banyak perubahan berarti pada kelangsungan hidup rakyat.

Misalnya, penggunaan air untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK) bisa diperkecil volumenya guna menghemat air dan menjaga kestabilan air dalam tanah.

Begitu juga dengan kegiatan rumah tangga yang menguras banyak air perlu diperhatikan. Pemerintah dalam hal ini sangat perlu untuk mengeluarkan kebijakan berupa ajakan untuk tidak membuang-buang air untuk aktivitas sehari-hari.

Contoh lain, usaha cuci mobil, cuci motor, karpet, dan laundry diharuskan untuk tidak menggunakan air dalam skala berlebihan. Artinya, semua pihak harus sama-sama berpikir untuk membangun kesadaran menghemat air. 

Dalam konteks rumah tangga, penggunaan air untuk kebutuhan harian juga perlu diperkecil. Contoh sederhana, air cucian beras bisa ditampung untuk digunakan kembali untuk menyiram tanaman.

Selain itu, penggunaan air untuk mencuci baju sebaiknya tidak berlebihan, termasuk air yang digunakan untuk mandi. Hal seperti ini terlihat sederhana, namun efek jangka panjang akan membantu menjaga kestabilan air dalam tanah.

Menampung Air Hujan

Walaupun dilanda kekeringan, sesekali hujan pasti datang menyapa. Nah, alangkah baiknya jika air hujan ditampung dalam wadah besar yang memungkinkan untuk dipaka kemudian hari.

Keperluan menyiram tanaman atau membersihkan halaman rumah bisa mengandalkan air hujan yang sudah ditampung. Tentu saja ini tidak mudah dilakukan kecuali dengan kesadaran kolektif.

Campur tangan pemerintah setingkat daerah sangat diperlukan. Maknanya, pemerintah dalam skala kabupaten bisa bekerjasama dengan usaha perbengkelan untuk merancang wadah yang ditempatkan dalam tanah di lahan kosong.

Air hujan nantinya ditampung dan disimpan dalam tanah untuk dipergunakan pada kondisi kekeringan. Ahli fisika, kimia dan biologi boleh diajak untuk berpikir cara mendaur ulang air hasil penggunaan rumah tangga untuk bisa digunakan kembali.

Penggunaan bakteri atau senyawa kimia yang ramah lingkungan sangat mungkin untuk memaksimalkan produktivitas air dalam tanah. Pun demikian, pohon-pohon yang punya peran penting untuk menjaga stabilitas air dalam tanah perlu diperbanyak.

Air hujan boleh jadi masih sangat berlimpah, meskipun demikian usaha untuk menampung air harus digalakkan untuk kebutuhan masa depan.

Smart Farming

Pertanian skala rumahan juga sebaiknya dibudidayakan untuk mencukupi kebutuhan sayuran dalam lingkup keluarga. Kalau masyarakat masih sangat bergantung pada hasil pertanian untuk menghidupi keluarga, maka harga pangan jelas terus bergerak naik.

Konsumsi rumah tangga semakin hari semakin meningkat. Kalau saja ada usaha untuk bertani dari lingkungan rumah dengan pemanfaatan air lambah dapur, efek kekeringan tidak akan berdampak signifikan.

Pertanian skala besar memang membutuhkan air dalam volume besar. El nino yang sedang melanda dunia memperburuk kualitas pertanian yang menyebabkan produktivitas hasil panen berkurang.

Efeknya, harga sayur juga akan naik seiring sulitnya mendapati air untuk bercocok tanam. Harga beras hari ini adalah gambaran nyata bagaimana pertanian berkelanjutan membutuhkan usaha kolektif.

Pemerintah dalam hal ini sudah sewajarnya berpikir untuk 20-40 tahun ke depan. Lahan-lahan produktif harus dikalkulasi dan debit air juga perlu diperhitungkan. Pertanian masa depan harus berlandaskan pada konsep smart farming.

Angka-angka sangat penting untuk dijadikan sebuah rumus matamatika pertanian. Pertanian masih sangat mungkin diperluas dengan tehnik penggunaan rumus matematika dan aplikasi rumus fisika untuk kalkulasi penggunaamn air dalam penyiraman.

Air laut sekalipun bisa dipergunakan untuk kebutuhan pertanian dengan melibatkan teknologi smart farming. Bukankah anggaran menyekolahkan anak-anak bangsa sudah sangat besar? 

Kenapa tidak mengumpulkan para ahli dan merumuskan konsep pertanian yang lebih unggul? kenaikan harga beras sejatinya bukan semata-mata karena efek El nino, tapi lebih kepada ketidakmampuan pemerintah mengelola tanah dan air dengan baik.

Indonesia bahkan bisa menghasilkan buah berlimpah dan beras termurah dengan konsep pertanian yang lebih baik dengan memaksimalkan letak strategis area pertanian dan perternakan.

Smart farming memungkinkan petani untuk memakai rumus yang sudah dipetakan dengan database melalui aplikasi pertanian mutakhir. Pertanyaannya, sudahkah pemerintah berpikir untuk merubah mekanisme pertanian yang lebih ramah, murah dan produktif?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun