Dalam dua bulan ini, efek kekeringan mulai berefek pada ketidakstabilan harga pangan. Harga beras yang dulunya masih stabil, kini sudah mulai mendekati angka yang merisaukan.
Beras 15 kg saat ini sudah dihargai 200 ribu rupiah dan akan terus naik. Efek El Nino memang mulai menjangkiti harga pangan di pasar tradisional.Â
Kekeringan yang diprediksi disebabkan oleh pemanasan global membuat lahan pertanian semakin tidak produktif. Alhasil, kenaikan harga tidak bisa dihindari.
Kebijakan Pemerintah
Sejauh ini, pemerintah belum terlihat serius untuk menanggapi El nino. Padahal, antisipasi sudah harus dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan yang bisa menekan laju kekeringan pada sektor pertanian.
Kebijakan dari pemerintah dimulai dari hal-hal sederhana seharusnya dapat membuat banyak perubahan berarti pada kelangsungan hidup rakyat.
Misalnya, penggunaan air untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK) bisa diperkecil volumenya guna menghemat air dan menjaga kestabilan air dalam tanah.
Begitu juga dengan kegiatan rumah tangga yang menguras banyak air perlu diperhatikan. Pemerintah dalam hal ini sangat perlu untuk mengeluarkan kebijakan berupa ajakan untuk tidak membuang-buang air untuk aktivitas sehari-hari.
Contoh lain, usaha cuci mobil, cuci motor, karpet, dan laundry diharuskan untuk tidak menggunakan air dalam skala berlebihan. Artinya, semua pihak harus sama-sama berpikir untuk membangun kesadaran menghemat air.Â
Dalam konteks rumah tangga, penggunaan air untuk kebutuhan harian juga perlu diperkecil. Contoh sederhana, air cucian beras bisa ditampung untuk digunakan kembali untuk menyiram tanaman.
Selain itu, penggunaan air untuk mencuci baju sebaiknya tidak berlebihan, termasuk air yang digunakan untuk mandi. Hal seperti ini terlihat sederhana, namun efek jangka panjang akan membantu menjaga kestabilan air dalam tanah.
Menampung Air Hujan
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya