Maknanya, prinsip kejujuran juga tidak sepenuhnya diserap anak dari seorang ayah. Anak tumbuh besar dengan melihat cara orang menjalani hidup dan menjadikannya sebagai pegangan dalam hidup.
Apakah mungkin anak bisa berlaku jujur jika orangtua sendiri tidak jujur? jelas tidak!Â
Mungkinkah anak menerapkan nilai kebersihan dari dalam rumah yang terbiasa membiarkan sampah bertumpuk? tentu saja tidak!
Anak-anak menyerap pesan lebih besar dari apa yang mereka lihat sehari-hari. Menuntut anak untuk hidup bersih tapi membiarkan anak melihat rumah dalam keadaan kotor jelas hal yang sia-sia.
Orangtua perlu memperlihatkan nilai yang ingin diwariskan kepada anak. Dalam artian, mereka harus lebih dulu memahami nilai dan menjalankan nilai tersebut dengan sepenuh hati dan dalam keadaan sadar.
Nilai kejujuran tidak mungkin diwariskan dari cara hidup yang tidak jujur. Nilai kedisiplinan juga mustahil diwariskan ke anak dengan pola hidup tanpa disiplin.
Hal kecil seperti shalat tepat waktu, bangun lebih awal, membuang sampah pada tempatnya, memasak masakan yang sehat, membiasakan berdo'a sebelum beraktivitas adalah nilai-nilai kedisiplinan yang sepatutnya diperlihatkan.
Anak-anak pada awalnya tidak memahami nilai-nilai penting ini, namun dengan melihat contoh-contoh yang baik dari orangtua setiap harinya, mereka akan membangun kedisiplinan.
Jadi, meminta anak untuk hidup disiplin tanpa contoh tidak akan memberi dampak yang baik bagi anak. Boleh jadi anak akan menurut karena takut pada orangtua.Â
Begitulah yang sering kita lihat pada kebanyakan keluarga. Anak condong diminta untuk patuh pada permintaan orangtua, sedangkan orangtua sendiri tidak menjalankan apa yang dituntut pada anaknya.
Pola hidup seperti ini bukan memberi pelajaran positif pada anak, melainkan mengajarkan cara hidup negatif. Untuk bisa mewariskan nilai-nilai yang baik, anak mesti melihat apa yang dilakukan orangtua sehari-hari baru kemudian mereka terlatih untuk melakukannya.