Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Membangun Nilai dalam Keluarga, Memandu Anak untuk Menemukan Jati Diri

3 September 2023   09:45 Diperbarui: 3 September 2023   17:31 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
membangun keluarga | freepik.com

Your family is the most important organization in the world

Membangun keluarga dengan prinsip hidup yang benar membutuhkan usaha. Kebanyakan keluarga tidak menentukan nilai-nilai penting yang seharusnya diwariskan kepada anak sejak kecil.

Kebiasaan yang diwariskan kepada anak umumnya berasal dari apa yang memang rutin dilakukan di rumah. Alhasil, kebiasaan ini condong menjadi hal yang diturunkan tanpa harus dipertanyakan lagi.

Anak-anak tumbuh besar dengan melihat kebiasaan yang sejatinya tidak begitu mereka pahami. Pada akhirnya, kebiasaan yang mereka lihat akan diwariskan lagi tanpa harus dipertanyakan apakah benar atau tidak.

Anak-anak lalu menjalani kehidupan luput dari nilai yang memandu mereka sehari-hari. Dengan sendirinya, mereka tidak menemukan jati diri ketika dewasa. 

Nilai-nilai penting seperti kejujuran, kedisiplinan, dan kebersihan bukanlah hal yang diutamakan dalam kebanyakan keluarga. Sehingga, anak tumbuh dalam lingkungan yang dengan gampangnya merusak pola pikir.

Betapa sulitnya mendapatkan keluarga yang memegang prinsip kejujuran sebagai nilai. Seorang ayah yang bekerja mungkin saja tidak jujur karena sering berada di luar kantor, kemudian membawa hasil kerja berupa uang gaji untuk memberi makan anak.

Seorang ibu mungkin saja sering membiarkan rumah kotor dan menumpuk sampah. Kemudian anak melihat kebiasaan ini dan menganggapnya hal yang wajar. 

Bukankah seorang ayah semestinya berfungsi sebagai pemimpin dalam keluarga? bagaimana mungkin ia bisa menerapkan prinsip hidup yang penuh dengan nilai jika ia sendiri masih belum menerapkan nilai-nilai itu dalam dirinya.

Makanya, tidak heran jika kita lebih mudah menemukan keluarga yang hidup tanpa nilai ketimbang mereka yang teguh memegang nilai dalam membesarkan anak.

Sebagai pemimpin yang bertanggungjawab member nafakah bagi keluarga, nilai kejujuran dalam bekerja adalah kewajiban. Tanpa berpegang teguh pada nilai ini, maka uang yang dibawa pulang tidak lagi mengandung unsur halal 100%.

Maknanya, prinsip kejujuran juga tidak sepenuhnya diserap anak dari seorang ayah. Anak tumbuh besar dengan melihat cara orang menjalani hidup dan menjadikannya sebagai pegangan dalam hidup.

Apakah mungkin anak bisa berlaku jujur jika orangtua sendiri tidak jujur? jelas tidak! 

Mungkinkah anak menerapkan nilai kebersihan dari dalam rumah yang terbiasa membiarkan sampah bertumpuk? tentu saja tidak!

Anak-anak menyerap pesan lebih besar dari apa yang mereka lihat sehari-hari. Menuntut anak untuk hidup bersih tapi membiarkan anak melihat rumah dalam keadaan kotor jelas hal yang sia-sia.

Orangtua perlu memperlihatkan nilai yang ingin diwariskan kepada anak. Dalam artian, mereka harus lebih dulu memahami nilai dan menjalankan nilai tersebut dengan sepenuh hati dan dalam keadaan sadar.

Nilai kejujuran tidak mungkin diwariskan dari cara hidup yang tidak jujur. Nilai kedisiplinan juga mustahil diwariskan ke anak dengan pola hidup tanpa disiplin.

Hal kecil seperti shalat tepat waktu, bangun lebih awal, membuang sampah pada tempatnya, memasak masakan yang sehat, membiasakan berdo'a sebelum beraktivitas adalah nilai-nilai kedisiplinan yang sepatutnya diperlihatkan.

Anak-anak pada awalnya tidak memahami nilai-nilai penting ini, namun dengan melihat contoh-contoh yang baik dari orangtua setiap harinya, mereka akan membangun kedisiplinan.

Jadi, meminta anak untuk hidup disiplin tanpa contoh tidak akan memberi dampak yang baik bagi anak. Boleh jadi anak akan menurut karena takut pada orangtua. 

Begitulah yang sering kita lihat pada kebanyakan keluarga. Anak condong diminta untuk patuh pada permintaan orangtua, sedangkan orangtua sendiri tidak menjalankan apa yang dituntut pada anaknya.

Pola hidup seperti ini bukan memberi pelajaran positif pada anak, melainkan mengajarkan cara hidup negatif. Untuk bisa mewariskan nilai-nilai yang baik, anak mesti melihat apa yang dilakukan orangtua sehari-hari baru kemudian mereka terlatih untuk melakukannya.

Ketika kebiasaan yang dilihat sejalan dengan apa yang disampaikan orangtua, maka mereka akan lebih patuh dengan apa yang diminta orangtua kepada mereka.

Sederhananya, membangun nilai dalam keluarga harus disandarkan pada niat. Seorang suami dan istri harus saling bekerjasama untuk membangun konsep keluarga yang bernilai saat menikah.

Intinya, nilai-nilai penting yang akan diwariskan pada anak wajib dipelajari, dipahami dan dikuasai oleh kedua orangtua terlebih dahulu dan diterapkan sepenuhnya dalam hidup.

Saat seorang istri hamil, seorang suami sebaik mungkin tidak memberi makan istri dari harta yang tidak halal. Maknanya, seorang suami wajib bekerja dengan jujur dan menghindari diri dari harta yang haram.

Pun demikian, seorang istri juga wajib mengupayakan diri untuk memakan makanan yang suci lagi bersih. Misalnya, menghindari diri dari makanan dan minuman yang diolah dari cara yang tidak baik.

Oleh karenanya, masakan yang diolah sendiri jelas lebih baik untuk dikonsumsi karena bisa dipastikan kesucian dan kebersihannya. Begitu pula dengan kebiasaan saat hamil yang boleh jadi tidak memberi dampak positif pada janin.

Your family is the most important organization in the world

Membangun keluarga layaknya membangun sebuah organisasi. Seorang ayah mest menjadi pemimpin yang baik dengan membangun visi dan misi keluarga jauh sebelum buah hati tiba. 

Seorang istri juga harus membantu dengan menjadi seorang sekretaris yang baik, memahami cara mengelola keuangan dan memberi saran yang dibutuhkan oleh seorang suami.

Organisasi yang dibangun tanpa visi dan dijalankan dengan misi seadanya hanya akan menjadi organisasi yang mudah berantakan. Hal yang sama berlaku pada keluarga, jika keluarga dibangun tanpa nilai yang kokoh dan dipahami dengan baik, maka hasilnya bisa diprediksi. 

Keluarga yang tangguh bukanlah mereka yang sekedar ikut-ikutan, tapi memiliki nilai-nilai yang dipegang kokoh bersama. Seorang ayah bukan hanya sekedar membawa pulang uang, namun mesti paham mana yang halal dan haram.

Nilai-nilai yang dibangun dalam keluarga akan menjadi pegangan bagi anak dan menjadi jati diri yang akan memandu mereka dalam hidup, terlebih ketika berada dalam arus negatif yang mudah menenggelamkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun