Meninggalkan skripsi adalah pilihan tepat baginya kala itu. Rasa sayang berlebih meninggalkan bekas yang mendalam, sedalam lautan yang tidak pernah ia selami.
Kerja keras selama tiga tahun berakhir sia-sia. Pelajaran berharga yang patut dikenang abadi, skripsi tidak wajib karena cinta bersemi pada waktu yang tidak tepat.
Andai saja saat itu skripsi tidak wajib, mungkin saja gelar sarjana pendidikan sudah disandangnya. Apapun itu, jalan kehidupan sudah tertulis dan ada hikmah yang terkandung.
Kini, ia sudah menikah dan juga menyelesaikan gelar sarjana. Walaupun gelar sarjananya bukan lagi mengarah pada bidang pendidikan.Â
Dalam sebuah grup pertemanan, ia menanggapi postingan seorang teman tentang aturan baru yang tidak mewajibkan skripsi lagi.Â
Pesan itu berbunyi "Kenapa baru sekarang disahkan?"
Lengkap dengan sebuah emotikon wajah menangis di ujung kalimat tersebut. Mungkin saja ia menyesali masa lalu yang kelam dan bertanya, kenapa aturan ini tidak datang di lebih awal?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H