Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Putroe Phang, Taman Kerajaan Aceh Darussalam

21 Juni 2023   12:28 Diperbarui: 24 Juni 2023   16:46 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinto Khop, gerbang masuk kerajaan|Koleksi foto pribadi

Untuk mengisi masa liburan sekolah, saya mengajak anak dan keponakan untuk mengunjungi situs sejarah yang terletak di kota Banda Aceh. 

Tempat yang saya kunjungi adalah sebuah taman yang dikenal dengan sebutan Putroe Phang. Dulunya, pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), sebuah taman sengaja dibangun untuk seorang permaisuri bernama Putroe Phang yang berasal dari kerajaan Pahang, Malaysia.

Tujuan dibangunnya taman ini adalah untuk menyenangkan hati permaisuri sekaligus sebagai ungkapan rasa cinta sang Sultan kepada permaisurinya, Putri Pahang. Adapun Putroe dalam bahasa Aceh bermakna putri dalam bahasa Indonesia.

Taman ini cukup luas dan di tengahnya terdapat sungai. Adapun Pinto khop pada gambar di atas adalah sebuah gerbang yang terhubung dengan istana. 

Pinto Khop dipergunakan permaisuri sebagai tempat beristirahat setelah lelah berenang. Tempat ini juga menjadi lokasi dayang-dayang membasuh rambut Putroe Phang. 

Dulunya, letak kerjaaan Aceh sangat luas sebelum Belanda datang. Tidak dapat dielakkan, posisi taman saat ini sudah mengalami pergeseran baik pada bidang tanah ataupun luas sungai.

Lokasi bersejarah ini jauh lebih baik kondisinya dalam hal perawatan. Sekeliling taman sudah dibangun pagar dan area dalamnya terdapat pepohonan yang lumayan asri.

Bagian depan taman ditanami pohon anggur|dokpri
Bagian depan taman ditanami pohon anggur|dokpri

Untuk mengelilingi taman, terdapat dua jembatan kecil yang menghubungkan bagian depan dan belakang. Pada arah kanan Pinto Khop juga dilegkapi dengan area bermain ramah anak.

Masa Sultan Iskandar Muda adalah masa berjayanya Aceh. Tentu saja, saat itu Islam menjadi tuntunan hidup para raja dan rakyat. Tidak heran, Aceh masa itu mendapat keberkahan dari raja yang adil lagi perkasa. 

Hukum masa itu dijalankan dengan keadilan berstandar pada nilai-nilai keislaman. Kemasyhuran kerajaan Aceh terkenal sampai ke luar negeri.

Jelas saja, di tangan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami masa keemasan dengan kemegahan yang tiada banding. Sultan Iskandar Muda juga berhasil menyatukan wilayah semenanjung tanah melayu. 

Hubungan diplomasi antar negara asing juga terbentuk karena keunggulan Sultan dalam memimpin. Kekayaan alam yang melimpah berhasil dinikmati sampai ke rakyat kecil sekalipun. 

Taman bermain anak|dokpri
Taman bermain anak|dokpri

Pengaruh Belanda akhirnya meluluhlantakkan kerajaan Aceh. Strategi adu domba Belanda memang dikenal sangat licik. Walau demikian, pejuang Aceh seperti Cut Nyak Dien, Teuku Umar, dll tidak mudah ditaklukkan Belanda.

Gunongan, komplek istana|https://www.tempatwisata.pro
Gunongan, komplek istana|https://www.tempatwisata.pro

Nah, area taman Putroe Phang terpisah oleh sebuah jembatan. Disisi kiri jembatan terdapat Gunongan dengan pintu masuk berbeda. Dulunya, kawasan ini boleh jadi satu komplek yang terbelah sungai.

Kawasan sebelah sungai sekarang ini merupakan komplek militer yang sebagian besar bangunannya adalah peninggalan Belanda. Jembatan yang membelah taman Putroe Phang dan Gunongan digunakan masyarakat untuk menuju kawasan kota Banda Aceh.

Area taman Putro Phang|dokpri
Area taman Putro Phang|dokpri

Saat saya sedang mengitari kawasan taman, anak-anak sekolah TK sedang melakukan aktivitas yang dipandu guru mereka. Memang, kawasan ini sangat cocok digunakan untuk berteduh sambil mengajarkan anak-anak tentang sejarah kerajaan dahulu kala.

Ya, walaupun Aceh saat ini adalah bagian provinsi Indonesia. Aceh pernah melakukan aktivitas perdagangan bilateral dengan yang mensejahterakan rakyatnya.

Yang paling penting, kerajaan Aceh dipimpin oleh raja yang taat menjalankan hukum islam secara menyuluruh. Masa Sultan Iskandar Muda boleh saja sudah berakhir, tapi produk hukum yang pernah dihasilkan masih menghiasi kehidupan orang-orang Aceh.

Nilai-nilai keislaman masih menjadi pedoman hidup masyarakat Aceh dan sampai kapanpun tetap dipegang teguh dalam sendi-sendi kehidupan.

Perjalanan wisata sejarah bukan hanya sekedar menilik kembali masa lampau dari bangunan masa lalu, namun lebih dari itu sebagai sebuah intropeksi diri tentang makna kepemimpinan yang adil.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun