Pro dan kontra kebijakan Surat Izin Mengemudi (SIM) menyisakan banyak pertanyaan. Apakah sebaiknya memberlakukan SIM seumur hidup atau meninjau ulang proses ujian penerbitan SIM secara berkala?
Kalau saya pribadi, meninjau ulang proses ujian penerbitan SIM harus lebih diutamakan demi ketertiban berlalu lintas. Mari coba kita bahas secara rinci dengan argumen di bawah ini:
Setidaknya ada satu hal yang paling sering dikeluhkan banyak orang, yaitu sulitnya ujian praktik yang dipersiapkan pihak kepolisian. Lantas, para calo yang memang sudah memahami permasalahan menyambut baik peluang emas ini.
Ujian yang pada dasarnya bertujuan untuk menyeleksi pengemudi yang siap tempur. Eh, malah keduluan diseleksi para calo SIM. Alhasil, proses penerbitan SIM menjadi lebih mudah walaupun tidak murah.Â
Praktik seperti ini membuat kepercayaan masyarakat berkurang atau malah hilang. Disatu sisi orang-orang ingin mentaati peraturan, disisi lain jalur alternatif menuju jalan pintas selalu tersedia.Â
Lalu, mereka yang awalnya ingin mentaati aturan dengan 'terpaksa' memilih jalan pintas. Pokoknya, SIM siap jadi dan bisa dipakai untuk diperlihatkan ketika suatu saat diberhentikan pak polisi di jalan.
Nah, timbul pertanyaan, apa fungsi SIM sebenarnya? apakah cuma untuk diperlihatkan saat razia saja?
Ujian Teori Masukkan Ke Kurikulum SMA
Bagi saya pribadi, ada baiknya rambu-rambu lalu lintas masuk ke dalam kurikulum. Remaja sekolah perlu lebih awal diajarkan tentang cara berlalu lintas melalui buku. Tujuannya satu, agar mereka membentuk pemahaman berlalu lintas lebih baik sebelum memiliki SIM.
Jumlah pengedara motor dari kalangan remaja jumlahnya lumayan banyak. Walau secara aturan mereka belum diperbolehkan membawa motor, data di lapangan memperlihatkan bukti sebaliknya.
Remaja usia sekolah masih sangat awam tentang perihal tata tertib berlalu lintas. Saya sering melihat anak usia sekolah yang tidak menggunakan helm, mengendarai di jalur berlawanan arah, atau bahkan ngebut-ngebutan di jalan.