Kita melihat bagaimana teknologi memberi dampak pada banyak aspek kehidupan. Pola makan, minum dan interaksi fisik berubah drastis sejak hadirnya smartphone.Â
Bagaimana dengan toko buku?
Tidak banyak toko buku yang berani total berinovasi. Akibatnya, berjualan buku tidak lagi menjadi pekerjaan menjanjikan.Â
Toko buku besar seperti Gramedia adalah contoh pengecualian. Selain faktor investasi besar, inovasi berbelanja buku menjadi aspek penunjang kenapa Gramedia masih bertahan.
Sayangnya, tidak semua toko buku mampu berinovasi karena dana terbatas dan ide yang mentok. Minat beli buku fisik yang semakin berkurang menjadikan profit anjlok bagi sebagian toko buku.
Lantas, mungkinkah toko buku bertahan dibawah gempuran gaya hidup saat ini?
Strategi penjualan buku hendaknya dirubah mengikuti gaya hidup. Misalnya, toko buku bisa mengubah konsep toko memadukan kesan membeli buku sambil menikmati makanan dan minuman.
Contoh lain adalah dengan membangun kerjasama antar jenis toko berbeda. Toko buku yang identik dengan rak dan ruang berjalan yang sempit bisa didesain berbeda sejalan perkembangan tren gaya hidup.
Memadukan konsep berbelanja buku sambil santai dengan menikmati minuman kekinian bisa menjadi alternatif.Â
Jadi, ruangan dan penempatan buku mungkin saja tidak semuanya dipajang dengan rak besar. Ruang terbuka disertai taman kecil menjadi daya tarik pengunjung yang ingin melepas penat sambil mencari buku baru.
Toko buku juga perlu menghadirkan jenis buku yag lebih up to date. Sebagai pendukung, sertakan website untuk memajang jenis buku beserta harga kepada calon pembeli.