Tanpa kita sadari, keberadaan smartphone dalam rumah memberi dampak negatif pada anak. Salah satu masalah terbesar saat ini bagi sebagian besar orang adalah menurunnya kemampuan untuk fokus.
Padahal, kunci kesuksesan terbaik adalah kemampuan fokus yang mendalam. Sejak era smartphone, kemampuan fokus mulai berkurang seiring intensitas penggunaan smartphone.Â
Tentu saja ini bukan tanpa sebab, banyaknya informasi yang masuk ke otak menyebabkan kadar konsentrasi berkurang sedikit demi sedikit. Buruknya lagi, anak-anak di usia dini sudah mulai terpapar smartphone.Â
Secara kasat mata, smartphone terlihat begitu berguna. Apa yang dulunya terkesan sulit, kini bisa dengan mudah dilakukan bersebab hadirnya smartphone. Dalam hal komunikasi, jarak tidak lagi menjadi masalah besar. Aplikasi seperti WA, IG, Facebook menjadi solusi pendekat bagi mereka yang terpisah jarak.Â
Namun demikian, peran smartphone ternyata juga menjauhkan yang dekat. Buktinya, banyak orang yang duduk berseblahan di jaman sekarang tapi jarang bicara, ada anggota keluarga yang tinggal serumah tapi lebih mudah terlelap dalam genggaman smartphone. Bukankah demikian adanya?
Semua bermula dari banyaknya informasi yang diserap via smartphone. Alhasil, banyaknya waktu tidak menjamin seseorang untuk mampu berinteraksi dan berkomunikasi sesamanya.Â
Kemampuan Fokus
Sebenarnya, kemampuan fokus dalam waktu lama sangatlah penting dan berharga. Seseorang akan mampu menyelesaikan hal yang sulit dengan tingkat konsentrasi tinggi tanpa distraksi.Â
Sayangnya, kemampuan fokus mayoritas orang dewasa sudah semakin menurun. Faktor kehadiran smartphone menduduki peringkat utama penyebab lemahnya konsentrasi orang dewasa di banyak hal.
Tidak heran, buku bertema deep work kini menjadi rujukan untuk melatih konsentrasi agar kemampuan fokus meningkat. Sebelum hadirnya smartphone, tingkat fokus seseorang tidak seburuk saat ini.Â
Buruknya lagi, pola kerja mustitasking malah memperparah keadaan. Contoh sederhana adalah bagaimana pola browsing dewasa ini. Dengan pencarian informasi sambil membuka halaman baru (new tab), kemampuan fokus sejatinya berkurang perlahan.
Memang, hal kecil seperti ini biasanya sering disepelekan. Lambat laun, pola otak menyimpan informasi akan berubah dan fokus pada satu hal juga berdampak negatif.Â
Makanya, anak-anak dan remaja saat ini sangat sulit lepas dari smartphone. Bahkan, ketika berada di satu meja, saat berkunjung ke rumah saudara, atau hadir pada acara tertentu, tangan mereka terasa janggal jika tidak memegang smartphone.Â
Tentu saja semua ini berawal dari kebiasaan menggunakan smartphone berlebihan. Otak berkembang dengan tidak wajar dan pola interaksi juga perlahan mengikuti pola komunikasi versi media sosial.
Anak-anak di bawah umur 10 tahun pada hakikatnya perlu terhindar dari distrupsi yang berasal dari smartphone. Jika tidak dilatih, maka bukan mustahil kemampuan fokus menurun drastis.Â
Apalagi, pada anak di bawah 5 tahun, otak masih dalam keadaan berkembang pesat. Komunikasi dan interaksi seharusnya datang dalam bentuk nyata dari hubungan orang tua yang aktif mengajak anak berbicara dan bermain.
Sayangnya, orang tua juga saat ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan smartphone. Akhirnya, anak terbiasa melihat kebiasaan orang tua dan menirunya dengan mudah.Â
Lantas, apa solusinya?
Jangan menggunakan smartphone di depan anak
Contoh terbaik tentu saja datang dari orang tua. Sebaik mungkin, hindari menggunakan smartphone di depan anak dengan alasan apa pun. Artinya, usahakan agar komunikasi dengan anak terbangun secara alami tanpa campur tangan smartphone.Â
Orang tua perlu membangun fondasi yang kuat pada anak. Secara tidak langsung, anak mempelajari hal-hal dasar dari contoh yang dilihat dalam rumah. Pola interaksi dan komunikasi orang tua bersama anak harus terjadi secara alami.
Oleh karenanya, orang tua setidaknya memerlukan pemetaan waktu terstruktur. Kapan menggunakan smartphone sewajarnya dan seberapa banyak waktu dialokasikan bersama anak tanpa smartphone.Â
Waktu berinteraksi dengan anak harus lebih diutamakan. Anak selayaknya dibiasakan untuk menghabiskan waktu di luar rumah agar saraf motorik mereka berkembang baik dengan aktivitas di alam.
Tanpa dukungan dan peran orang tua, rasanya sangat sulit membiasakan anak untuk tidak menggunakan smartphone. Orang tua adalah kunci utama penunjuk arah, memandu dan melatih anak untuk aktif tanpa smartphone.Â
Tentu saja, baik ayah dan ibu harus bekerja sama untuk melatih anak membangun kemampuan fokus sejak kecil. Letakkan smartphone pada tempat yang tidak bisa dijangkau anak dan habiskan waktu terbaik bersama anak dengan aktivitas yang tidak melibatkan smartphone.Â