Buruknya lagi, pola kerja mustitasking malah memperparah keadaan. Contoh sederhana adalah bagaimana pola browsing dewasa ini. Dengan pencarian informasi sambil membuka halaman baru (new tab), kemampuan fokus sejatinya berkurang perlahan.
Memang, hal kecil seperti ini biasanya sering disepelekan. Lambat laun, pola otak menyimpan informasi akan berubah dan fokus pada satu hal juga berdampak negatif.Â
Makanya, anak-anak dan remaja saat ini sangat sulit lepas dari smartphone. Bahkan, ketika berada di satu meja, saat berkunjung ke rumah saudara, atau hadir pada acara tertentu, tangan mereka terasa janggal jika tidak memegang smartphone.Â
Tentu saja semua ini berawal dari kebiasaan menggunakan smartphone berlebihan. Otak berkembang dengan tidak wajar dan pola interaksi juga perlahan mengikuti pola komunikasi versi media sosial.
Anak-anak di bawah umur 10 tahun pada hakikatnya perlu terhindar dari distrupsi yang berasal dari smartphone. Jika tidak dilatih, maka bukan mustahil kemampuan fokus menurun drastis.Â
Apalagi, pada anak di bawah 5 tahun, otak masih dalam keadaan berkembang pesat. Komunikasi dan interaksi seharusnya datang dalam bentuk nyata dari hubungan orang tua yang aktif mengajak anak berbicara dan bermain.
Sayangnya, orang tua juga saat ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan smartphone. Akhirnya, anak terbiasa melihat kebiasaan orang tua dan menirunya dengan mudah.Â
Lantas, apa solusinya?
Jangan menggunakan smartphone di depan anak
Contoh terbaik tentu saja datang dari orang tua. Sebaik mungkin, hindari menggunakan smartphone di depan anak dengan alasan apa pun. Artinya, usahakan agar komunikasi dengan anak terbangun secara alami tanpa campur tangan smartphone.Â