Beryukur akan segala nikmat, besar atau kecil, perlu dilatih terus menerus setiap hari. Kadangkala, manusia mudah lupa dengan nikmat yang lebih berharga seperti kesehatan, waktu luang, dan yang paling besar keimanan.
Bayangkan, betapa ruginya manusia ketika sakit, tidak mampu bekerja dan menghasilkan uang. Ya, itu yang sering dipandang oleh manusia. Padahal, rasa sakit sekalipun perlu disyukuri dengan bijak.Â
Ada orang yang karena sakit selamat dari kejahatan, ada yang karena sebuah musibah terhindar dari malapetaka yang lebih besar. Intinya, penglihatan manusia itu sangat terbatas dan tidam mampu menerka masa depan.
Oleh karenanya, rasa syukur haruslah ditanamkan sejak kecil. Tidak perlu bersyukur untuk hal-hal besar, mulailah dengan beryukur akan nikmat bernafas secara gratis, nikmat waktu luang, nikmat kebebasan beribadah.
Jika tidak mampu, berkunjunglah untuk melihat betapa mahal harga tabung oksigen bagi mereka yang sedang sesak nafas. Betapa berharga waktu luang bagi seorang ayah yang berangkat pagi dan pulang tengah malam. Betapa berharganya kebebasan beribadah bagi mereka yang hidup di negeri dengan ancaman.
Kita mungkin saja sedang berada pada posisi yang sangat diidam-idamkan oleh orang lain. Sayangnya, hasrat berupa keinginan yang tajam kerapkali mendahului akal sehat, sehingga mata mudah tertutup dan hati menjadi buta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H