Kedatangan presiden pastinya membuat jantung pejabat provinsi dan kabupaten berdetak lebih cepat. Betapa tidak, kondisi jalan yang buruk bisa merusak reputasi seorang pejabat hanya dengan kunjungan singkat.
Bukan rahasia umum lagi, kondisi jalan yang rusak bisa diperbaiki dalam hitungan hari berkat kunjungan seorang presiden. Lantas, bagaimana kualitasnya? sudah, tidak usah ditanyakan, biarkan waktu yang mengupas aspal.Â
Kualitas jalan di setiap provinsi, kabupaten dan kota jelas berbeda. Tanpa campur tangan media, kualitas jalan tetap setia seperti adanya. Yang parah bertambah parah dan yang mulus semakin mulus.
Pemerintah memang sudah mengatur rancangan pembangunan dan perbaikan jalan pada skema tersendiri. Jalan nasional dan kabupaten tentu saja dibangun dengan sumber dana berbeda.Â
Lantas, jika jalan nasional rusak bersebab pengemudi asal kabupaten lain bagaimana? atau, jika pejabat sering main ke desa-desa untuk belajar mengambil foto, apakah dana perbaikan desa boleh diambil dari kantong pejabat?
Pertanyaaan di atas boleh dijawab dan boleh tidak. Intinya, tulisan ini tidak ingin membahas mobil pejabat yang masuk desa atau koleksi foto sedang membantu rakyat.Â
Kembali ke judul tulisan. Apakah kedatangan presiden seharusnya ditanggapi dengan perbaikan? jika iya, tujuannya apa?
Jika ingin berpikiran positif. Mungkin saja pejabat ingin memberikan pelayanan terbaik bagi seorang presiden. Jadi, wajar saja jika jalan diperbaiki dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.Â
Namun, saat protes dari masyarakat tentang jalanan rusak, para pejabat tidak bertindak karena tugas melayani jatuh ke tangan rakyat? apakah begitu cara berpikir rasional?
Ringkasnya, rakyat melayani pejabat, bukan pejabat melayani rakyat. Mungkin saja seperti itu konsep berpikir rasional di kalangan pejabat.Â