Siapapun yang berkunjung ke Aceh, masjid pertama yang dicari adalah masjid Raya Baiturrahman. Bagi masyarakat Aceh, masjid ini memiliki sejarah besar. Jenderal Kohler terbunuh disana 14 April 1873 saat memimpin perang Aceh pertama.
Johan Harmen Rudolf Kohler datang pertama kali ke Aceh untuk memimpin perang pada 8 April 1873, sayangnya hanya 6 hari setelahnya ia terkena peluru tepat di jantungnya di bawah pohon Kelumpang area masjid raya.
Mayat Khler sempat dibawa ke Singapura dengan kapal uap saat itu dan kemudian dimakamkan di Pemakaman Tanah Abang, Batavia. Tahun 1976 mayat Kohler digusur, akibatnya mayat Kohler diusulkan untuk dipindah ke pemakaman Kerkhoff, Banda Aceh.
Lalu, tanggal 14 Agustus 1988 sebuah monumen peringatan tewasnya Kohler dibangun dengan inisiatif pemerintah Aceh tepat di bawah pohon Kelumpang.
Sayangnya, pohon Kelumpang atau yang akrab dikenal dengan bak Geulumpang [dalam bahasa Aceh] terpaksa ditebang akibat perluasan masjid Raya Baiturrahman tahun 2015 lalu.
Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu masjid tertua di Aceh. Dulunya, kawasan masjid tidak seluas sekarang. Saat Belanda berada di Aceh, rel kereta api berada tepat di depan pekarangan masjid sekarang.Â
Masyarakat Aceh memiliki ikatan kuat dengan masjid. Datangnya Belanda ke Aceh membangkitkan darah perjuangan rakyat Aceh yang tidak sudi tanahnya dijamah kafir Belanda.
Ibaratnya, darah Aceh akan selalu dikorbankan untuk agama Islam. Tidak ada nilai tawar sama sekali jika sudah menyentuh ranah agama. Aceh juga provinsi yang tidak pernah ditaklukkan oleh Belanda.
Perang Aceh pertama bertujuan untuk mengakhiri Perjanjian London 1871. Dengan pengesahan perjanjian Sumatra, Belanda berhak mendapatkan pantai utara Sumatra dimana banyak terjadi perompakan.
Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen yang berstatus Komisaris Pemerintah dan berperan  mengatur Aceh mencoba melakukan perundingan dengan Sultan Aceh, namun sayangnya tidak mendapatkan jalan keluar.
Atas saran GubJen James Loudon, Nieuwenhuijzen menyatakan perang pada Aceh. Ekspedisi pertama ke Aceh dipimpin oleh jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler.
Masjid Raya Baiturrahman sempat direbut dua kali. Saat kedua kali itulah Kohler tewas. Raja Willem II dari Belanda menganugerahkan Medali Aceh 1873-1874 pada tanggal 12 Mei 1874 kepada prajurit yang terlibat pada ekspedisi pertama ke Aceh. [baca disini]
Masjid Raya Baiturrahman menjadi ikon perjuangan rakyat Aceh atas Belanda. Rakyat Aceh berhasil membuat malu kerajaan Belanda sehingga setelah ekspedisi pertama Belanda, ada utusan dari Belanda untuk melakukan penyelidikan.Â
Belanda memang mengakui keunggulan pejuang Aceh yang sama sekali tida diperhitungkan. Tewasnya Kohler mencoreng nama baik jenderal Belanda ketika itu.Â
Betapa tidak, kecanggihan senjata Belanda tidak dapat mengalahkan pejuang Aceh yang siap tempur kapan saja. Dipercaya, Khler ditembak oleh seorang sniper dari satuan Kerajaan Aceh Darussalam yang berada di bawah pimpinan Teungku Ibrahim Lamnga atau di bawah Komando Panglima Nyak Makam.Â
Teungku Ibrahim Lamnga adalah suami pertama Cut Nyak Dhien. Ia meninggal di Glee Taron pada 29 Juni 1878 akibat serbuan pasukan yang dipimpin oleh Jenderal van der Heijden hingga menyebabkan Teuku Ibrahim Lamnga, Teuku Rajoet, dan Panglima Nyak Man.
karena perjuangan beliau melawan Belanda, rakyat Aceh kini bersyukur bisa menikmati keindahan masjid Raya Baiturrahman. Kedekatan masyarakat Aceh dengan masjid tidak pernah berjarak sampai kapanpun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H