Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen yang berstatus Komisaris Pemerintah dan berperan  mengatur Aceh mencoba melakukan perundingan dengan Sultan Aceh, namun sayangnya tidak mendapatkan jalan keluar.
Atas saran GubJen James Loudon, Nieuwenhuijzen menyatakan perang pada Aceh. Ekspedisi pertama ke Aceh dipimpin oleh jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler.
Masjid Raya Baiturrahman sempat direbut dua kali. Saat kedua kali itulah Kohler tewas. Raja Willem II dari Belanda menganugerahkan Medali Aceh 1873-1874 pada tanggal 12 Mei 1874 kepada prajurit yang terlibat pada ekspedisi pertama ke Aceh. [baca disini]
Masjid Raya Baiturrahman menjadi ikon perjuangan rakyat Aceh atas Belanda. Rakyat Aceh berhasil membuat malu kerajaan Belanda sehingga setelah ekspedisi pertama Belanda, ada utusan dari Belanda untuk melakukan penyelidikan.Â
Belanda memang mengakui keunggulan pejuang Aceh yang sama sekali tida diperhitungkan. Tewasnya Kohler mencoreng nama baik jenderal Belanda ketika itu.Â
Betapa tidak, kecanggihan senjata Belanda tidak dapat mengalahkan pejuang Aceh yang siap tempur kapan saja. Dipercaya, Khler ditembak oleh seorang sniper dari satuan Kerajaan Aceh Darussalam yang berada di bawah pimpinan Teungku Ibrahim Lamnga atau di bawah Komando Panglima Nyak Makam.Â
Teungku Ibrahim Lamnga adalah suami pertama Cut Nyak Dhien. Ia meninggal di Glee Taron pada 29 Juni 1878 akibat serbuan pasukan yang dipimpin oleh Jenderal van der Heijden hingga menyebabkan Teuku Ibrahim Lamnga, Teuku Rajoet, dan Panglima Nyak Man.
karena perjuangan beliau melawan Belanda, rakyat Aceh kini bersyukur bisa menikmati keindahan masjid Raya Baiturrahman. Kedekatan masyarakat Aceh dengan masjid tidak pernah berjarak sampai kapanpun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H