Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

3 Tanda Puasa Kita Diterima Allah

6 April 2023   15:30 Diperbarui: 6 April 2023   15:39 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah puasa punya keistimewaan tersediri. Allah membalas pahala puasa secara langsung tanpa perantara. Akan tetapi, bagaimana tanda ibadah puasa diterima oleh Allah SWT?

Untuk mengetahui apakah ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT, kita tidak bisa melihat secara dhahir. Namun, ada tiga tanda yang menjadi indikator diterimanya ibadah puasa.

1. Amalan Setelah Puasa Meningkat

Jika selama bulan ramadan kita melaksanakan puasa dengan ikhlas semata-mata karena Allah, maka Allah memberi ganjaran langsung kepada hambanya. 

Salah satunya adalah Allah mudahkan hamba-hambanya untuk melakukan amalan baik. Misalnya, jika sebelum puasa masih susah melakukan ibadah, sekiranya setelah bulan ramadan selesai, amalan puasa sunat akan mudah dijalankan.

Dengan diterimanya amalan puasa selama ramadan, Allah akan menggerakkan hati hambanya untuk memperbanyak amal shaleh di bulan-bulan lain tanpa terasa beban.

Ketika bulan ramadan seseorang terbiasa berbuat baik, maka setelah ramadan ia juga tetap mudah dalam melakukan kebaikan. Ringkasnya, segala amalan yang dilakukan di bulan ramadan akan terpancar kepada amalan-amalan baik lainnya. 

2. Terhindar dari Maksiat

Siapa yang tidak ingin terhindar dari maksiat. Adapun orang yang terlelap dalam maksiat pertanda mereka terhijab begitu jauh dari Allah. Ada dinding-dinding penyekat yang membuat ia terhindar dari rahmat Allah.

Mereka yang Allah terima amalan puasanya terjaga dari berbuat maksiat. Artinya, Allah melindungi hambanya untuk tidak melakukan maksiat. 

Maksiat ada banyak jenisnya. Ada yang besar dan kecil. Maksiat tidak selalu berhubungan dengan anggota tubuh. Bahkan, maksiat batin seperti takabbur, sombong, dengki, riya malah lebih besar dosanya. 

Imam al-Hrits al-Muhsibi memperingati kita dalam kitabnya, Risalah al-Mustarsyidn:

   

"Ketauhiilah wahai saudaraku, bahwa dosa-dosa mengakibatkan kelalaian, dan kelalaian mengakibatkan keras (hati), dan keras hati mengakibatkan jauhnya (diri) dari Allah, dan jauh dari Allah mengakibatkan siksaan di neraka. Hanya saja yang memikirkan ini adalah orang-orang yang hidup, adapun orang-orang yang telah mati, sungguh mereka telah mematikan diri mereka dengan mencintai dunia." (Imam al-Hrits al-Muhsibi, Rislah al-Mustarsyidn, Dar el-Salm, hal. 154-155) [Baca disini]

Termasuk di dalamnya yaitu berkata dusta atau berbohong. Orang yang berpuasa dengan benar pasti menjauhkan diri dari berdusta. Oleh karenanya, amalan puasa yang diterima Allah akan berdampak pada kejujuran seseorang setelah bulan ramadan berakhir.

Apabila seseorang semakin banyak berkata dusta setelah ramadan usai, pastinya ini menjadi sebuah indikator yang harus diwaspadai. Jangan sampai ibadah puasa yang sudah berlalu sia-sia tanpa hasil. 

Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap mengamalkannya, maka Allah Ta'ala tidak butuh kepada puasanya."

3. Kehidupan lebih Baik

Gambaran kehidupan seseorang di dunia adalah refleksi dari amalannya. Orang yang berbuat baik, maka kebaikan akan kembali padanya. Sebaliknya, mereka yang berlaku buruk kepada orang lain menyebabkan kesulitan dalam hidup.

Al-Quran sudah dengan gamblang menggambarkan bagaimana balasan amal shaleh yang diperbuat manusia di dunia.

 

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 97]

Allah menjamin kehidupan yang baik bagi hambanya yang beriman dan mampu mengerjakan amalan shaleh. Bukankah jaminan dari Allah bersifat pasti? lalu, kenapa manusia masih terperangkap dalam maksiat?

Ibadah puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Kemampuan menahan hana nafsu dari berbuat maksiat, baik terlihat atau tersembunyi, merupakan inti dari ibadah puasa. 

Wajar saja jika Allah memberi ganjaran yang besar bagi hambanya. Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba yang diterima amal ibadah puasa selama bulan ramadan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun