Tak terasa 30 menit berjalan, Rini sampai di rumah. Biasanya, ia langsung mengganti pakaian dan segera ke kebun di belakang rumah. Rini membantu neneknya untuk mencabuti rumput dan mencari pakan sapi.
Ya, ada lima sapi di kandang peninggalan ayahnya dulu. Saat ia masih kecil, kakek menjaga ternak dengan baik. Dulunya hanya ada sepasang sapi. Sejak Rini berumur 6 tahun, ia sudah mulai memotong rumput untuk memberi makan sapi-sapi ini.Â
"Rini, ayuk kesini sebentar" panggil kakek di sudut kebun.
Dengan cepat, Rini menjawab "iya, kek. Ada apa?"
"kemarin gurumu kesini, katanya ada tawaran beasiswa ke kota. Sudah kamu putuskan?", lanjut kakek.
Ternyata, sehari sebelumnya buk Eka menyempatkan diri untuk mengunjungi keluarga Rini. Kadang seminggu sekali sebelum kembali ke desanya, buk Eka membeli sayur mayur segar dari kebun Rini untuk dibawa pulang dan dijual disana.Â
"Rini bingung, kek. Bagaimana menurut kakek?", jawab Rini pelan.
"Kata buk Rini, semua biaya ditanggung pemerintah. Kamu hanya perlu mengikuti tes saja", kakek menjelaskan walaupun ia tidak paham dengan kata beasiswa.
Kakek melanjutkan "Tapi, tesnya bukan disini. Kamu mesti ke Jakarta".
Rini hanya membalas sekedarnya saja tanpa mengiyakan. "ayuk kesini, kita harus mencabuti rumput sebelum sore", suara nenek terdengar dari jauh.
Sebelum sore tiba, Rini harus sudah siap menyelesaikan aktifitas berkebun. Sore harinya ia dan teman-teman kerap mencari buah-buahan liar di dalam hutan. Begitulah rutinitas Rini sehari-hari.