Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Gadis Yatim Piatu

28 Maret 2023   14:22 Diperbarui: 28 Maret 2023   16:26 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis yatim piatu|freepik.com

Rini adalah seorang gadis desa yatim piatu sejak lahir. Ayahnya meninggal sejak ia dalam kandungan, sementara ibunya menghembuskan nafas terakhir saat melahirkan Rini. 

13 tahun Rini diasuh oleh neneknya di sebuah desa pedalaman. Masa kecil ia habiskan dengan berkebun di lahan peninggalan orang tua, menanam sayur mayur untuk dijual ke pasar terdekat.

Suatu hari, Rini mendapat tawaran beasiswa dari seorang guru SD tempat ia bersekolah. 

"Rini, sepertinya engkau anak yang gigih! sekolah kita mendapat satu kuota beasiswa ke kota, ibu berpikir mengirimkan namamu" ujar seorang guru kepada Rini sepulang sekolah.

Belum kepikiran untuk sekolah ke kota, Rini hanya terdiam tanpa membalas.

 "baiklah, tidak perlu jawab sekarang", lanjut buk Eka. 

Langit mulai mendung, pertanda hujan segera menyapa. Rini bergegas untuk pulang. Ia harus berjalan setidaknya 5 km menyusuri hutan untuk bisa sampai ke rumah neneknya.

Desa tempat ia tinggal hanya memiliki 500 penduduk. Lagi pula, SD Pekerti satu-satunya sekolah yang ada disini. Itupun bangunan tua bekas pabrik pengolahan minyak yang sudah terlantar puluhan tahun.

Guru-guru SD Pekerti adalah relawan dari desa sebelah. Mereka harus rela menaiki sampan kecil untuk bisa tiba ke sekolah. Tidak ada jalan darat yang bisa dilalui, hanya ada hutan dan rawa yang sekilas mirip sungai.

Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani karet dan sebagian lain menanam sayuran untuk dijual pada penampung. Beberapa petak sawah hanya bisa ditanami padi setahun sekali, itupun jenis padi khusus. 

Tak terasa 30 menit berjalan, Rini sampai di rumah. Biasanya, ia langsung mengganti pakaian dan segera ke kebun di belakang rumah. Rini membantu neneknya untuk mencabuti rumput dan mencari pakan sapi.

Ya, ada lima sapi di kandang peninggalan ayahnya dulu. Saat ia masih kecil, kakek menjaga ternak dengan baik. Dulunya hanya ada sepasang sapi. Sejak Rini berumur 6 tahun, ia sudah mulai memotong rumput untuk memberi makan sapi-sapi ini. 

"Rini, ayuk kesini sebentar" panggil kakek di sudut kebun.

Dengan cepat, Rini menjawab "iya, kek. Ada apa?"

"kemarin gurumu kesini, katanya ada tawaran beasiswa ke kota. Sudah kamu putuskan?", lanjut kakek.

Ternyata, sehari sebelumnya buk Eka menyempatkan diri untuk mengunjungi keluarga Rini. Kadang seminggu sekali sebelum kembali ke desanya, buk Eka membeli sayur mayur segar dari kebun Rini untuk dibawa pulang dan dijual disana. 

"Rini bingung, kek. Bagaimana menurut kakek?", jawab Rini pelan.

"Kata buk Rini, semua biaya ditanggung pemerintah. Kamu hanya perlu mengikuti tes saja", kakek menjelaskan walaupun ia tidak paham dengan kata beasiswa.

Kakek melanjutkan "Tapi, tesnya bukan disini. Kamu mesti ke Jakarta".

Rini hanya membalas sekedarnya saja tanpa mengiyakan. "ayuk kesini, kita harus mencabuti rumput sebelum sore", suara nenek terdengar dari jauh.

Sebelum sore tiba, Rini harus sudah siap menyelesaikan aktifitas berkebun. Sore harinya ia dan teman-teman kerap mencari buah-buahan liar di dalam hutan. Begitulah rutinitas Rini sehari-hari.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun