Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Misterius Penunggu Jembatan

27 Maret 2023   15:40 Diperbarui: 27 Maret 2023   15:46 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penunggu jembatan|freepik.com

Dalam perjalanan menuju sebuah desa, Zaki dan beberapa temannya melewati sebuah perkampungan. "wah, sudah jam 12 malam" ujar Zaki. Sepanjang jalan tak terlihat cahaya lampu, apalagi kendaraan di sekitar jalan. 

Udara terasa dingin, ujan rintik-rintik mulai membasahi bagian depan mobil. Terdengar suara binatang dari sisi kiri dan kanan. Maklum, jalan menuju desa tujuan dibelah oleh hutan lebat.

Jarak tempuh sudah 50 km lebih, pertanda perjalanan sudah mencapai setengahnya. Ada satu jembatan lagi yang harus mereka lalui dari total 5 jembatan lainnya.

" 20 menit lagi kita sampai di jembatan itu" kata Ali yang tidak bisa terlelap. Bebatuan sekitar jalan membuat mobil bergoyang dan tentu saja tidak menyenangkan.

"bukankah jembatan tua itu yang dimaksud ibu tadi, Ali?" sahut Raka yang duduk di bangku belakang.

Ali membalas "ia, benar! bulu kudukku mulai bangun". Semua membisu seketika tanpa kata. Sebelum memasuki area perkampungan, seorang ibu tua sudah mengingatkan mereka bahwa ada satu jembatan yang konon katanya berpenghuni.

Parahnya, Ali bukanlah sosok pemberani. Ini kali pertama ia keluar rumah. Ia sama sekali tidak berharap untuk mendengar cerita ini, tapi apa daya telinganya terlalu sensitif. 

Raka kembali mengeluarkan beberapa kata "sudahlah, kita lihat saja nanti". Raka sudah terbiasa berkemah di hutan dan ia sudah sangat terbiasa dengan hal-hal ghaib. 

"oppppps, awassssss!" ucap Zaki sedikit berteriak.

Mobil berhenti seketika dan suara desis angin terdengar kuat. "siaaal, sepertinya ban mobil pecal" Reza bersuara di balik kemudi.

Setelah keluar mengecek, ternyata benar, ban belakang kanan mobil pecah terkena batu gunung yang tajam. Untungnya, zaki dan kawan-kawan sudah mempersiapkan satu ban serap baru.

Zaki dan Reza saling membantu mengganti ban yang pecah. Tak terasa, 30 menit berlalu dan ban berhasil dipasang. Mereka pun kembali memasuki mobil.

"lampu senter kita padam" ujar Reza kepada yang lain di belakang mobil. Ya, semua energi terserap saat menggatikan ban yang pecah. Ini berarti mereka hanya bisa mengandalkan lampu depan mobil.

Mobil kembali dihidupkan oleh Reza. Kali ini, mereka tidak bisa berjalan cepat. Batu gunung bisa saja memecahkan ban lainnya. Itu bukan pilihan terbaik. 

Dari jauh, tiang jembatan mulai terlihat. "itu dia, ki, ki, taaa hampir sampai" ucap Ali terbata-bata!

Pelan-pelan mobil mulai menaiki jembatan. Tidak seperti jembatan sebelumnya, sebagian kayu sudah rapuk. Ditambah beberapa sisi jembatan tidak terisi kayu. Arus sungai di bawah terdengar sampai ke dalam mobil.

"Beberapa harus turun mengontrol laju mobil" pesan Reza pada yang lainnya. "kalau tidak, kita harus bersiap bermalam disini" lanjut Reza menaikkan nada bicaranya.

Tidak ada yang berusaha menyahuti, semua diam seakan tidak mendengar apa-apa. Reza lalu kembali berujar "Ayo cepat, kita harus sampai di perkampungan segera".

Ali mulai menutupi mukanya dengan kain sarung. "Baiklah, aku akan keluar tapi butuh satu orang lagi di belakang mobil", sahut Raka. 

Akhirnya, Zaki memutuskan untuk keluar membantu Raka. Tanpa pencahayaan yang cukup, mereka bisa tergelincir ke bawah sungai jika tidak berhati-hati.

"Awasi langkah kalian", Reza memperingatkan!

Raka berdiri di bagian depan mobil, sementara Zaki mengontrol dari belakang. Reza mulai menjalankan mobil secara perlahan mengikuti instruksi Raka.

Tak berselang lama, terdengar suara "tuuuuuummmm". Seperti batu besar jatuh ke bawah jembatan. Anehnya, tidak terlihat ada batu besar di sekitar jembatan.

Bulu kuduk Reza mulai berdiri. Lampu mobil terlihat meredup, pertanda sesuatu yang buruk mengarah pada mereka. 

"Sudah kukatakan sebaiknya tidak usah kesini" Ali bersuara pelan sambil gemetaran. Ia seperti membaca firasat yang tidak baik.

Raka dan Zaki membuka pintu mobil dan segera masuk tanpa diminta. Mereka saling bertatap muka dan terdiam sejenak. 

"Aku merasakan sesuatu yang aneh", Zaki menimpali denga cepat. "sama, ada aroma bau tepat di bagian belakang mobil", sahut Raka sambil menutupi hidungnya.

"kita tak mungkin lama disini, ayuk kita coba lagi", balas reza mengarahkan mata ke Zaki dan Raka.

Tok....tok.....tok...... suara ketukan di kaca mobil. Tok ... tok.... tokkkk. suara berpindah ke arah lain seketika. Ali mulai beristighfar sambil menarik kain sarung menutupi seluruh tubuh. 

"buka saja jendelanya" Raka memberanikan diri. "jangggggggggaaaaaaan", Ali kembali bersuara.

Suara tadi mulai hilang, lampu mobil semakin meredup dan tiba-tiba tercium wangi bunga yang mustahil ada di hutan.

"sudah, aku saja yang buka" raka menakan tombol di pintu mobil. Seketika itu wajah seorang gadis muncul dari balik kaca.

"Sudah sahur, mas?" ucap gadis bermata biru itu.

Tamat!...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun