Setelah keluar mengecek, ternyata benar, ban belakang kanan mobil pecah terkena batu gunung yang tajam. Untungnya, zaki dan kawan-kawan sudah mempersiapkan satu ban serap baru.
Zaki dan Reza saling membantu mengganti ban yang pecah. Tak terasa, 30 menit berlalu dan ban berhasil dipasang. Mereka pun kembali memasuki mobil.
"lampu senter kita padam" ujar Reza kepada yang lain di belakang mobil. Ya, semua energi terserap saat menggatikan ban yang pecah. Ini berarti mereka hanya bisa mengandalkan lampu depan mobil.
Mobil kembali dihidupkan oleh Reza. Kali ini, mereka tidak bisa berjalan cepat. Batu gunung bisa saja memecahkan ban lainnya. Itu bukan pilihan terbaik.Â
Dari jauh, tiang jembatan mulai terlihat. "itu dia, ki, ki, taaa hampir sampai" ucap Ali terbata-bata!
Pelan-pelan mobil mulai menaiki jembatan. Tidak seperti jembatan sebelumnya, sebagian kayu sudah rapuk. Ditambah beberapa sisi jembatan tidak terisi kayu. Arus sungai di bawah terdengar sampai ke dalam mobil.
"Beberapa harus turun mengontrol laju mobil" pesan Reza pada yang lainnya. "kalau tidak, kita harus bersiap bermalam disini" lanjut Reza menaikkan nada bicaranya.
Tidak ada yang berusaha menyahuti, semua diam seakan tidak mendengar apa-apa. Reza lalu kembali berujar "Ayo cepat, kita harus sampai di perkampungan segera".
Ali mulai menutupi mukanya dengan kain sarung. "Baiklah, aku akan keluar tapi butuh satu orang lagi di belakang mobil", sahut Raka.Â
Akhirnya, Zaki memutuskan untuk keluar membantu Raka. Tanpa pencahayaan yang cukup, mereka bisa tergelincir ke bawah sungai jika tidak berhati-hati.
"Awasi langkah kalian", Reza memperingatkan!