Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kunci Sukses Berbisnis Tanpa Ilmu Pelaris

27 Februari 2023   11:02 Diperbarui: 27 Februari 2023   13:51 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"business succeeds only when it provides real value to clients"

Kutipan di atas datang dari buku The $100 Startup: Reinvent the Way You Make a Living, Do What You Love, and Create a New Future
ditulis oleh Chris Guillebeau.

Dalam menjalankan bisnis, sebuah value atau nilai haruslah menjadi landasan berpijak. Tanpa nilai yang jelas, apapun jenis bisnis, bisa dijamin tidak akan bertahan lama. 

Para pelaku bisnis yang tidak meletakkan nilai sebagai pijakan akan kehilangan momen untuk mempertahankan bisnis. Value dalam sebuah bisnis bisa terlihat dari moto yang dibawa.

Sekecil apapun bisnis, usahakan untuk terlebih dahulu merancang value yang ingin ditawarkan pada pelanggan. value secara tidak langsung akan menjadi kompas yang memandu arah bisnis ke jalan yang benar.

Kenapa saya katakan benar? karena banyak bisnis yang runtuh karena berada di jalan yang salah. Bukan karena tidak memiliki modal atau pegawai, tapi karena tidak adanya value ketika bisnis dibangun.

Baca juga : Konsep Membangun Bisnis yang Benar

Mari coba kita lihat contoh paling sederhana. Ada dua warung makan yang letaknya saling berseblahan. Warung makan A memiliki moto "makan sehat dan nyaman", sedangkan warung makan B hanya menuliskan "rumah makan".

Sekilas, tidak ada perbedaan yang kentara. Keduanya sama-sama tempat makan yang juga memiliki fasilitas meja makan dan kursi. Pelayanan juga relatif sama.

Namun, perbedaan bisa terlihat saat pembeli memasuki area bagian dalam. Warung A sangat menjaga kualitas makanan, rak bagian depan disusun rapi dengan jenis ikan dan kuah. Selain itu, meja makan langsung dibereskan saat pelanggan selesai menyantap makanan.

Para pekerja di warung A harus mengikuti protokol kebersihan. Tidak boleh ada sampah yang terlihat dan semua meja wajib terlihat bersih.

Sisa makanan tidak boleh ada yang tercecer di atas meja, begitu juga dengan bagian lantai. Semua area warung diharuskan untuk steril dari sampah dan bau, termasuk kebersihan kamar mandi selalu dijaga setiap saat.

Sementara itu, kondisi di warung B bertolak belakang. Jenis ikan dan sayur tidak disusun rapi. Sesekali terlihat tumpahan kuah di bagian meja dan sisa makanan yang lupa dibersihkan. 

Adapun toilet di warung B jarang dibersihkan. Penjaga toko hanya fokus pada rak makanan saja, sedangkan untuk kebersihan tidak terlalu dihiraukan. 

Kedua pelaku bisnis ini pada hakikatnya memiliki jenis usaha yang sama, yaitu warung makan. Hanya saja, warung A mejalankan bisnis dengan berpegang pada moto "makan sehat dan nyaman".

Sayangnya, warung B tidak memiliki tempat berpijak. Warung makannya hanya sebatas menyediakan tempat untuk orang yang ingin mengenyangkan perut. Faktor kebersihan dan kenyamanan tidak diprioritaskan. 

Baca juga :20 Tahun Menjual Buah tanpa Hutang

Singkat cerita, walau harga nasi di warung A sedikit lebih mahal, jumlah pelanggan yang dirangkul lebih banyak. Di akhir tahun, warung A mendapat profit jauh lebuh besar ketimbang warung B.

Pemilik warung nasi B tetap saja terlihat acuh. Ia berpikir warung sebelah memakai ilmu pelaris, sehingga banyak pembeli dari warungnya migrasi ke warung A.

Uniknya, tepat di depan warung A tertulis "bebas biaya parkir", sementara di depan warung B terlihat penjaga parkir duduk merokok dengan santainya sambil menghampiri pembeli ketika hendak keluar.

Pemilik warung A membangun bisnis dengan sebuah value yang ia pegang, yaitu memberi pelayanan yang maksimal dengan menjaga kebersihan dan kenyamanan bagi pembeli. Harga boleh sedikit mahal, tapi makanan terjaga kebersihannya dan tak perlu lagi bayar biaya parkir. 

Sayangnya, pemilik warung B tidak memikirkan ini. Baginya, asal pembeli datang membawa uang maka usaha warung nasinya diaggap menguntungkan. Tukang parkir yang hanya duduk santai didepan dibiarkan saja, asalkan setiap bulan menyetor padanya.

Bisnis Hancur tanpa sebuah value

Dari kedua warung makan ini, jelas terbaca siapa yang akan bertahan lama. Warung A mampu menyentuh perasaan pembeli, sementara warung B hanya bisa menyentuh dompet pelanggan.

Ya, mereka yang membeli nasi di warung B akan membawa kesan negatif ketika pulang, sementara pengungung pada warung A akan membawa kesan yang menetap lama di dalam perasaan.

Sebuah bisnis yang mampu menyentuh hati, sejatinya akan jauh bertahan lama. Pelanggan di warung A adalah iklan berjalan yang membawa pengunjung lain.

Pemilik warung tentu saja tidak meminta pembeli mengajak teman atau keluarga untuk makan di warungnya. Akan tetapi, kebersihan dan kenyamanan yang diberikan akan secara tidak langsung berfungsi sebagai magnet.

Value dalam sebuah bisnis mampu menghadirkan kesuksesan berkepanjangan. Bisnis-bisnis yang dibangun tanpa value hanya condong menyentuh dompet pelanggan saja.

Sementara itu, mereka yang lebih mementingkan value bukan hanya mampu menghasilkan profit yang besar, namun juga mampu memikat pembeli untuk terus terikat tanpa harus memakai ilmu pelaris. 

Kembali pada kutipan di awal tulisan, "business succeeds only when it provides real value to clients". 

Semoga bermanfaat!

[Masykur]

39th- February 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun