Ujian TOEFL menjadi bagian yang harus dilewati mahasiswa sebagai syarat kelulusan. Mau tidak mau syarat skor TOEFL harus dipenuhi jika hendak melakukan sidang skripsi.
Setiap fakultas punya kriteria syarat minimum untuk bisa dianggap memenuhi syarat. Dalam hal ini, sering sekali mahasiswa kelabakan menghadapinya.
Ada tiga alasan mendasar kenapa banyak mahasiswa yang kewalahan ketika memenuhi syarat skor TOEFL:
- Tidak mempersiap diri sejak semester awal
- Terlalu percaya diri
- Malas belajar bahasa Inggris
Ketiga alasan ini bukan hasil menerka-nerka. Dari pengalaman mengajar di kampus, saya sering mendapati mahasiswa yang tidak mau ambil pusing di masa awal kuliah.Â
Mereka condong santai di awal dan ketika mau sidang baru mempersiapkan diri. Alhasil, skor TOEFL sesuai syarat tidak berhasil didapat dan akhirnya memelas dosen pembimbing untuk bisa sidang skripsi.
Memang tidak semua mahasiswa seperti itu, tapi mayoritasnya boleh dikatakan tidak mempersiapkan diri dengan baik. Padahal, jika saja mereka mau menginvestasi waktu untuk belajar sejak awal semester, pasti syarat skor minimum gampang didapat.
Ujian TOEFL sudah seharusnya diambil sejak semester tiga. Kenapa? karena penting untuk mengetahui apa saja yang akan diujiankan. Jadi, mahasiswa tidak kalang kabut di ujung semester.
Yang saya amati, banyak mahasiswa yang rela mendaftar untuk ikut ujian TOEFL beberapa kali hanya untuk mendapat skor minimum syarat sidang. Hasilnya? uang ludes, skor tak cukup!Â
Lalu, mereka protes agar syarat minimum diturunkan. Nah, akhirnya terpaksa ikut pelatihan yang diadakan pusat bahasa kampus dengan waktu belajar intensif pagi ke sore.
Kalau saja mereka sudah mulai belajar tentang TOEFL sejak semester satu, tentu saja pemahaman apa-apa yang diujiankan lebih awal terbentuk di pikiran mahasiswa.
Baca Juga:Â Tips Menjawab Soal Listening TOEFL ITP Tipe Homonyms
Alih-alih membiasakan diri mengenal TOEFL, mahasiswa lebih suka menghabiskan waktu pada hal yang terkadang kurang bermanfaat.Â
Baik itu nongkrong di kantin kampus terlalu lama dan juga terlibat organisasi yang tidak terlalu penting. Bukan berarti tidak boleh, tapi perlu mengatur waktu yang baik.
Pada akhir semester, saat waktu sidang mulai dibuka dan skripsi sudah rampung, syarat TOEFL masih belum bisa dipenuhi. Lalu, mulailah belajar kesana kemari dan mulai menyalahkan peraturan.
Ya, begitulah yang sering terlihat. tidak sedikit mahasiswa yang mau belajar bahasa Inggris dari awal masuk kuliah. Semestinya, mereka mampu mengalokasikan waktu beberapa jam saja selama seminggu.
Belajar TOEFL itu sebenarnya tak lama asal dipersiapkan dari awal. Cara belajar yang tepat dan materi yang bagus bisa memberikan hasil maksimal. Cukup konsisten belajar 2-3 bulan hasilnya sudah bagus.
Sayangnya, mahasiswa lebih memilih untuk menunggu di penghujung waktu baru mulai mengambil inisiatif. Ketika sudah mepet, baru cari jalan keluar dengan cara cepat.
Anehnya, ada yang rela mencari sertifikat TOEFL untuk dibeli guna mendapatkan skor yang diperlukan. Jual beli sertifikat TOEFL adalah jalan cepat yang paling dicari, akan tetapi akibatnya fatal.Â
Alangkah baiknya jika mulai menyadari pentingnya bahasa Inggris sejak awal kuliah. Kemudian, bangun kebiasaan belajar perlahan namun pasti. Tidak perlu menunggu sampai kursus yang disedikan kampus, mulailah secepat mungkin agar hasilnya maksimal sesuai harapan.Â
Semoga bermanfaat!
[Masykur]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H