Alih-alih membiasakan diri mengenal TOEFL, mahasiswa lebih suka menghabiskan waktu pada hal yang terkadang kurang bermanfaat.Â
Baik itu nongkrong di kantin kampus terlalu lama dan juga terlibat organisasi yang tidak terlalu penting. Bukan berarti tidak boleh, tapi perlu mengatur waktu yang baik.
Pada akhir semester, saat waktu sidang mulai dibuka dan skripsi sudah rampung, syarat TOEFL masih belum bisa dipenuhi. Lalu, mulailah belajar kesana kemari dan mulai menyalahkan peraturan.
Ya, begitulah yang sering terlihat. tidak sedikit mahasiswa yang mau belajar bahasa Inggris dari awal masuk kuliah. Semestinya, mereka mampu mengalokasikan waktu beberapa jam saja selama seminggu.
Belajar TOEFL itu sebenarnya tak lama asal dipersiapkan dari awal. Cara belajar yang tepat dan materi yang bagus bisa memberikan hasil maksimal. Cukup konsisten belajar 2-3 bulan hasilnya sudah bagus.
Sayangnya, mahasiswa lebih memilih untuk menunggu di penghujung waktu baru mulai mengambil inisiatif. Ketika sudah mepet, baru cari jalan keluar dengan cara cepat.
Anehnya, ada yang rela mencari sertifikat TOEFL untuk dibeli guna mendapatkan skor yang diperlukan. Jual beli sertifikat TOEFL adalah jalan cepat yang paling dicari, akan tetapi akibatnya fatal.Â
Alangkah baiknya jika mulai menyadari pentingnya bahasa Inggris sejak awal kuliah. Kemudian, bangun kebiasaan belajar perlahan namun pasti. Tidak perlu menunggu sampai kursus yang disedikan kampus, mulailah secepat mungkin agar hasilnya maksimal sesuai harapan.Â
Semoga bermanfaat!
[Masykur]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H