Kemarin sore saya sengaja membawa anak dan sepupu bermain di sebuah taman kota. Ada banyak anak-anak yang terlihat sedang bermain ketika kami tiba di tempat.
Kebetulan, ada seorang teman lama yang juga sedang membawa anaknya bermain. Jadilah saya berbincang dengannya sejenak sambil memantau anak dari kejauhan.
Tanpa sengaja dari tempat saya berdiri terlihat seorang anak laki-laki yang saya perkirakan masih berumur 5-6 tahun menarik celananya dan buang air kecil (BAK) tepat di lahan terbuka di samping area bermain.
Seakan tak percaya apa yang saya lihat, seketika itu saya berlari ke arah anak saya yang kebetulan berdiri tidak jauh dari anak laki-laki ini. Saya sedikit heran kenapa orang tuanya tidak menghampiri dan menegur sang anak.
Anak ini terlihat sangat santai seusai BAK sembarangan dekat taman bermain. Dia juga melanjutkan bermain tanpa rasa bersalah apapun. Saya coba sesekali memperhatikan dimana keberadaan orang tuanya.
Beberapa saat kemudian, saya melihat si anak menuju ke arah ibunya yang sedang duduk santai, tidak terlihat sosok sang ayah disana. Si ibu juga seperti cuek saya, ntah ia melihat sang anak BAB sembarangan atau membiarkannya saja.
Mendampingi Anak Bermain
Anak di bawah 7 tahun masih membutuhkan pengawasan ekstra ketika bermain di tempat umum. Rasanya, sangat tidak bijak membiarkan anak bermain sendiri, apalagi sampai BAK sembarangan.
Selain mengotori area publik, perilaku jelek seperti ini menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anak lain yang juga berada di tempat yang sama. Mungkin ada yang melihat perilaku anak yang tidak pada tempatnya, lalu menganggap hal itu benar.
Maka, ada baiknya orang tua juga mengajarkan etika bermain di tempat umum/taman, seperti saling berbagi dan bergantian ketika bermain, tidak membuang sampah sembarangan, melepas alas kaki pada tempat yang tidak membolehkan sandal.
Tentu saja, anak tidak bisa memahami etika seperti ini jika tidak didampingi dan disampaikan oleh orang tuanya langsung. Anak juga bisa belajar perilaku baik bagaimana cara merawat fasilitas umum dengan benar dari petunjuk orang tua.
Nah, jika orang tua bersikap cuek dan melepas anak bermain sendiri, perilaku yang negatif bisa saja terjadi. Pada contoh cerita di atas, saya berasumsi ini bukan kali pertama si anak BAK sembarangan.
Terlihat dari bahasa tubuhnya, ia tidak takut dan sama sekali tidak malu ketika membuka celana dan BAK di tempat umum yang jelas-jelas dilihat orang ramai.
Bisa jadi orang tua si anak tidak mengajari cara BAK yang benar di rumah, akibatnya ia menganggap semua tempat bisa dengan mudah dijadikan WC.Â
Menasehati Anak dengan Baik dan Bijak
Anak yang masih berusia di bawah 7 tahun belum memahami secara baik tentang perilaku yang dianggap layak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengawasi, memandu dan membimbing dengan cara menasehati jika anak melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Alangkah baiknya jika anak tidak dimarahi, khusunya di tempat umum. Memberi nasehat dengan cara yang sopan juga menjadi sebuah pelajaran berharga bagi anak bahwa semua orang bisa berbuat salah namun harus bertanggung jawab.
 Anak-anak perlu dibimbing untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga ketika remaja mereka sudah memiliki filter penyaring yang bagus.Â
Ketika orang tua lalai dan membiarkan anak lepas begitu saja, maka konsekuensinya adalah anak hidup tanpa panduan. Antara baik dan buruk tidak dipahami dengan jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H