Belajar bahasa Inggris mudah, namun jika caranya salah jadi musibah. Saya sering mendapati siswa yang menghafal banyak kosakata, tapi ketika bicara gagap.
Nah, ini yang jadi masalah besar ketika seseorang belajar bahasa asing. Metode yang digunakan seringnya dari petuah yang tidak benar. Contohya, "hafal kosakata yang banyak biar cepat lancar ngomong bahasa Inggris".
Jelas, bagi saya itu ilmu sesat! bukan tanpa alasan, belajar bahasa tidak dimulai dengan menghafal kosakata. Metode seperti ini membuat siswa tahu kata tapi pelafalan bisa salah dan penggunaan dalam kalimat tidak tepat.
Kenapa ini terus menerus terjadi ? Siapa yang salah?
Kalau menurut saya pribadi sebagai pengajar bahasa asing, ada dua sumber masalah. Pertama, banyak guru yang salah mengajarkan dan memberi petuah. Kedua, banyak orang yang ikut-ikutan.
Guru tidak Memahami Teori belajar Bahasa
Tidak jarang saya menemui guru yang mengajarkan bahasa Inggris dengan pola lama. Seperti, menyuruh siswa untuk menghafal kosakata setiap hari, lalu menghafal kalimat dan menggunakannya tanpa tahu bear atau tidak.
Menghafal tanpa memahami konteks makna kata itu seperti menghafal nama perangkat motor tanpa mengetahui fungsinya.
Lantas, apa yang terjadi? Siswa cuma tahu kata dan arti. Ketika mengucapkan, bunyi keluar bisa salah karena umumnya siswa tidak mendengar bagaimana pelafalan bunyi sebagaimana penggunaan harian.
Contoh sederhana yang paling sering terjadi, bunyi kata "scenary" pada awalnya adalah "si". Yang paling sering diucapkan siswa adalah "ske". Kenapa ini terjadi? jawabannya karena pengaruh bahasa pertama.
Dalam ilmu bahasa ada yang namanya first language interference, dimana bahasa ibu condong mempengaruhi bahasa kedua yang dipelajari.
Ini yang menjadi alasan kenapa anak-anak tidak mengalami masalah walaupun secara bersamaan mendengar tiga bahasa dalam keluarga. Anak-anak condong mendengar dan tidak menghafal, jadinya mereka tahu persis bunyi aslinya.
Nah, pembelajaran bahasa Inggris di sekolah kebanyakan tidak mengedepankan skill listening. Akibatnya, siswa memang tahu banyak kosakata tapi pengucapan banyak yang salah dan mereka mengerti grammar namun gagap ketika berbicara.
That makes sense! iya, masuk akal memang! tradisi belajar grammar di awal membuat siswa menghafal pola dan kemudian tidak berkembang. Bahasa Inggris mereka hanya sebatas untuk menjawab soal dan mengartikan kosakata.
Ini jelas tidak semuanya! Saya malah pernah mengajar di kelas inti sebuah sekolah top, ada sekitar lima siswa yang bahasa Inggrisnya level Intermediate bahkan mendekati Advance.
Ketika saya tanya darimana mereka belajar, tahu apa jawabannya? tontonan harian mereka adalah National Geographic, NHK, dan program mendidik siaran luar negeri.
Ya, jelas saja lah. Toh, salah satu dari orangtuanya memang aktif mengajak anak berbicara dalam bahasa Inggris secara rutin di rumah. That's pretty normal!
Pernah suatu ketika saat mengajar di kampus, saya mendapati seorang mahasiswa yang TOEFLnya mendekati perfect. Lalu, saya tanyakan apa kerjaannya setiap hari, jawabannya, nonton film dalam bahasa Inggris dan main games. No doubt!
Belajar Bahasa secara Menoton
Dalam hal mempelajari bahasa asing, perlu menggunakan pendekatan yang menyenangkan. Sekolah bukanlah tempat yang baik jika ingin lancar bahasa Inggris. Cara belajar seringnya hanya mengarah pada kosakata dan aturan penggunaaan (grammar).
Cara paling efektif adalah sama seperti cara saat kita belajar bahasa ibu ketika berumur 1-5 tahun. Memperbanyak mendengar terus menerus baru kemudian melafalkan bertahap.
Di sekolah, proses belajar bahasa tidak mengikuti tahapan yang benar. Misalnya, antara materi dan tingkat kemampuan siswa tidak relevan. Ini sangat tidak efektif untuk membentuk kemampuan berbahasa secara alami.
Coba bandingkan anak-anak yang memang lahir di negara yang memang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Kemampuan mereka berbahasa Inggris akan sangat bagus, bahkan selevel dengan native speaker, ingat ya native speaker, bukan load speaker. hehe.
Saya sudah secara langsung mengamati fenomena ini dan memang saya mempelajari bahasa asing karena memang ini bidang keilmuan yang saya dalami.
Belajar bahasa Inggris dengan menghafal kosakata tidaklah tepat. Ketika siswa sudah terbiasa dengan bunyi pelafalan kata yang salah, akan sangat sulit memperbaikinya kelak.
Saya sendiri mengalami ini ketika dulu di sekolah menegah pertama diajarkan bahasa Inggris dengan menghafal 10 sampai 20 kosakata perhari. Alhasil, kosakata bertambah tapi ya ketika buat kalimat mentok disana.
Pada saat kuliah baru saya sadari banyak sekali kesalahan pengucapan dan pemaknaan kata yang tidak tepat. Saya menyadari ini setelah lama bekerja dengan orang Amerika sehingga banyak pengucapan yang harus saya betulkan kembali.
Tentu saja ini tidak mudah karena sudah terekam kuat di memori otak. Akhirnya, saya memperbanyak latihan listening setiap hari berjam-jam. Baru kemudian, saya lebih lancar berbicara tanpa tersendat-sendat.
Ternyata, belajar dengan cara yang menyenangkan jauh lebih baik ketimbang secara terpaksa, apalagi dengan menghafal sesuatu yang kita tidak pahami bagaimana pemakaiannya yang benar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI