Nah, walaupun sudah memasuki fase minggu kedua, saya masih tetap pada pola berlari 1:1.5. Dengan pola ini, saya berlari 1 menit dan lanjut berjalan 1 menit. Pada tahap akhir sebelum selesai dianjurkan berjalan 5 menit.
Ketika tubuh sudah terbisa dan sanggup menjaga ritme lari dengan seimbang, aktifitas berjalan dikurangi dan waktu lari ditambah. Terbukti, secara keseluruhan rasa lelah berkurang dan ketahanan lari juga meningkat.
Saat otot terlatih melakukan aktifitas yang melibatkan endurance, nantinya tubuh akan lebih stabil melakukan sesuatu dalam waktu lama. Bagi saya pribadi, yang mungkin saya rasakan saat ini adalah kemampuan berdiri dalam waktu lama.
Jika sebelum rutin berlari saya merasa lelah ketika berdiri dalam waktu lama, hal ini tidak saya rasakan lagi. Bahkan, rasa lelah karena aktifitas harian sudah tidak begitu kentara.
Lari pagi bukan hanya soal kesehatan, tapi juga menyelami alam dan mengenali kemampuan diri. Semua ini tidak bisa didapat dari aktifitas tidur dan duduk berdiam diri.
Saya cukup merasa puas sampai dengan hari ini. Selain jarak tempuh selama lima hari sudah melebih 20 Km, satu hal yang saya syukuri yaitu sudah memulai dan mampu menjaga rutinitas lari secara konsisten.
Perubahan dalam hidup harus dengan memulai sesuatu yang tidak nyaman. Lari pagi bukannlah aktifitas yang mudah, apalagi saat selimut berbisik "tidur lagi yukkkkkk"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI